Sabtu, 18 Februari 2017

Cinta Kasih, Tulus Iklas dan Pengorbanan ( Tri Parartha )


Semoga Selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan

Ajaran-ajaran Hindu mengajarkan hal yang sangat sederhana tapi memiliki makna yang sangat penting dan mendalam. Ketika seseorang mencari pengetahuan-pengetahuan yang dianggap akan menjadikan dirinya lebih dari yang lain, orang tersebut akan dibuat meremehkan hal yang dasar. Seperti halnya yang disebutkan dalam Tri Parartha. Tri Parartha merupakan tiga penyebab yang menjadikan kita selamat, sejahtera dan bahagia. Apa saja ketiga hal tersebut?

Asih/Cinta Kasih

Cinta kasih menjadi hal yang paling utama dalam kehidupan ini, dengan cinta kasih kita bisa hadir di dunia ini, begitu pentingnya cinta kasih yang harus kita miliki, karena semua gerak kehipupan kita dimulai dengan cinta kasih. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya kehidupan ini tanpa cinta kasih, bagaimana jika tidak adanya cinta kasih antara ibu dan anak, suami dan istri, antara keluarga mapun orang lain. Maka tanamkanlah cinta kasih sebagai akar kehidupan kita. Dengan cinta kasih kesempatan kita berbuat baik akan semakin luas, memberikan kita pemahaman akan arti hidup dan bagaimana kita berjuang untuk membahagiakan orang yang kita kasihi.

Punia/Tulus Iklas

Punia menjadi hal yang sangat pentik dalam pelaksanaan cinta kasih, punia artinya dermawan atau ketulusiklasan. Tulus iklas dalam menjalani sesuatu membuat kita aman dari suatu harapan yang menuntut kita untuk berpatokan pada hasil. Tulus iklas bukan berarti kita mengerjakan sesuatu dengan asal mengerjakan, tetapi kita juga harus selalu mengupayakan dan mengerjakan secara maksimal dan terbaik. Tulus iklas berarti memasrahkan  semua hasil kerja kepada hukum alam yang ada, kita harus yakin, apapun yang kita perbuat pasti ada hasilnya. Berbuat dengan Tulu Iklas adalah cara aman untuk menjaga motivasi hidup kita.

Bhakti/Pengorbanan

Seperti orang bijaksana mengatakan, semua butuh pengorbanan. Pengorbanan menjadi titik akhir penting dalam mencapai tujuan kita. Dalam ajaran, menjelaskan, Tuhan pun melakukan pengorbanan untuk menjaga alam semseta ini, karena tanpa pengorbanan kehidupan ini akan hancur.  Dalam setiap tindakan, diperlukan pengorbanan untuk mencapai tujuan dengan cara yang terbaik. Setiap pengorbanan mengandung makna yang sangat mendalam, yang menjadikan kita sadar bagaimana kita harus selalu menempatkan diri untuk selalu memberi. Lakukan semua dengan penuh pengorbanan untuk menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam hidup ini.

Cinta Kasih, Punia dan Bhakti. Tigal hal itu memang sederhana dan sering dilupakan oleh kita, kita sering berpatokan pada apa yang belum kita punya dan mencari sesuatu yang jauh di awang-awang kita, padahal dengan menerapkan tiga hal tersebut, kita dapat mencapai tujuan hidup kita dengan selamat, sejahtera dan bahagia. Untuk itu, dalam hidup penting kita tanamkkan cinta kasih, semua yang berawal dari cinta kasih akan membirikan kita dorongan untuk berbuat lebih. Keinginan yang berbuat lebih dilakukan dengan Tulus Iklas, maka segala sesuatunya telah kita lewati dengan menyerahkan semua yang kita kerjakan terhadap hukum karma. Pengorbanan dalam memperjuangkan segala suatu akan menjadikan kita yakin bagaimana yang terbaik akan datang menhampiri kita, lakukan dengan penuh pengorbanan!

Semoga semua seluruh isi alam ini bahagia dan sejahtera..

Damai, damai dan damai di manapun dankapanpun kita berada..

Rabu, 15 Februari 2017

Asta Brata, Tauladan pokok sang Pemimpin


Semoga Selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan.

Pemimpin merupakan ujung tombak pergerakan atau berkembangnya suatu negara, kerajaan, organisasi, ataupu kelompok. Dalam memimpin diperlukan sikap-sikap yang dapat dijadikan contoh untuk jajarannya maupun masyarakat. Pemimpin yang baik hendaknya selalu menjalankan apa yang namanya Dharma Agama dan Dharma Negara. Bagaimana seorang peminmpin memahami dan menjalankan konsep ajaran agama dalam memimpin dan bagaimana seorang pemimpin arus patuh dengan konstitusi negara. Di dalam konsep Hindu, seorang pemimpin harus memiliki setidaknya delapan sifat yang disebut Asta Brata, Yaitu:

Surya Brata

Surya brata artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti Dewa Surya, Dewa matahari, yang selalu memberikan sinarnya kepada masyarakatnya tanpa membeda-bedakan, tanpa memilih-milih. Semua mendapatkan hak yang sama. Sinar dalam arti Tuntunan, Arahan, Bimbingan.

Indra Brata

Indra Brata merupakan bagaimana seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti Dewa Indra, Dewa indra adalah penguasa Hujan, hujan merupakan sumber kemakmuran. Bagaimana seorang pemimipin hendaknya selalu menciptakan dan memberikan kemakmuran serta kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Yama Brata

Yama Brata, seperti Dewa Yama, yang merupakan dewa keadilan, artinya bagaimana seorang pemimpin harus bersikap adil dengan semua masyarakat. Tidak membeda-bedakan perlakuan, di mata seorang pemimipin adalah masyarakat semua sama.

Candra Brata

Seperti sang Candra, seorang pemimpin harus selalu memberikan pancaran ketenangan dan kesejukan terhadap baik itu jajarannya maupun masyarakat. Seorang pemimpin harus memperlihatkan wajah yang tenang dan sejuk untuk mengambil simpatik.

Bayu Brata

Seperti halnya dewa Bayu, sang penguasa angin. Seorang pemimpin hendaknya seperti angin yang selalu dapat menyatu/masuk dalam setiap lingkungan. Pemimpin harus mampu memberikan kesegaran kepada masyarakatnya dan dapat menjangkau di semua kalangan masyarakat untuk menenangkan.

Kuvera Brata

Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti Dewa Kuvera, sang penegendali uang/harta. Bagaimana seorang pemimpin hendaknya mengunakan anggaran dengan sebaik-baiknya yang selalu menguntungkan masyarakatnya, memberikan kesejahteraan bagi masyaraktnya.

Varuna Brata

Seorang pemimipin harus memiliki sifat seperti Dewa Varuna, yaitu Dewa Laut. Artinya seorang pemimipin harus selalu siap menjadi muara/tempat keluhan masyarakat dan membasmi setiap penderitaan-penderitaan masyarakat yang diadukan ke pemimpin.

Agni Brata

Artinya seorang pemimipin harus memiliki sifat seperti dewa Agni, Agini adalah api. Api diibaratkan semangat yang tinggi,  Bagaimana seorang pemimpin hendaknya mampu mengerakkan angotanya maupun masyarakat untuk membantu mensukseskan program-program negara/daerah yang mengacu pada kebaikan dan kesejahteraan bagi semuanya, terutama masyarakat.

Menjadi pemimpin adalah suatu bhakti yang tinggi, bhakti itu yang akan menjadikan kita selamat dan bebas dalam karma-karma yang tidak baik. Jadilah pemimipin yang selalu mengutamakan kepentingan masyarakat, karena masyarakat adalah raja yang patut dilayani. Sukses atau tidaknya seorang pemimipin dapat dilihat sejauhmana kesejahteraan, ketenangan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh masyarakat. Bagimu pemimpinku, semoga engkau selalu sehat dan kuat disetiap harimu, sehingga dapat selalu melayani masyarakat. Semoga kedepan lahir pemimpin-pemimpin yang setidaknya memiliki 8 sifat di atas, ASTA BRATA.

Semoga semua mahluk Hidup dan seluruh isi alam semesta ini sejahtera dan bahagia..
Damai, damai, damai di manapun dan kapanpun..

Selasa, 14 Februari 2017

Panca Sradha


Semoga selalu dalam lindungan dan kasih Tuhan..

Dalam Tattwa Hindu, khususnya di indonesia, konsep kepercayaan dikemas dengan konsep yang mudah dipahami dan memberikan mengerti akan mengapa kita lahir ke dunia ini. Apa penyebabnya, bagaimana kita lahir, apa yang akan terjadi berikutnya, dan kemana tujuan kita lahir ke dunia ini. Konsep kepercayaan itu disebut dengan Panca Sradha. Yang artinya lima keyakinan umat Hindu. Apa saja lima keyakinan tersebut?

Percaya dengan adanya Tuhan/Ida Sang Hyang Widi

Setiap umat beragama, sangatlah penting meyakini keberadaan Tuhan, karena dengan demikian kita dapat merasakan bagaimana kebesaran-kebesaran, keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunian ini. Tuhan yang dikatakan maha mengetahui dan maha adil, membuat kita berada dalam lingkaran proses kehidupan yang tidak diragukan akan hasil dari setiap perbuatan. Orang yang bijaksana akan menerima banyak penyebutan nama Tuhan.

Percaya dengan adanya Atman

Tubuh sebagai badan fisik, agar badan fisik ini hidup, maka tak kalah pentingnya adalah Atma di dalam badan fisik ini. Sang Atma inilah yang membuat kita hidup. Atma yang sifatnya tidak terlihat membuat sebagian besar kita menganggap bahwa atma ini merupakan bagian dari badan fisik ini. Dalam Hindu, ada 3 lapisan badan, yaitu Stulla Sarira/badan fisik, Suksma Sarira/budi atau kesadaran dan Antakarana Sarira/Jiwa atau Atma.  Ketiga lapisan ini memiliki peran yang berbeda-beda. Badan fisik setelah meninggal akan Hancur kembali ke unsur Panca Mahabutha, Budi/Kesadaran akan kembali maya dan jiwa akan kembali ke sumber atma itu sendiri. Sehingga kita harus pahami betul, bagaimana perjalanan sang jiwa menuju sumbernya. Itu yang menjadi titik pencarian hidup bagaiman sang jiwa ini dapat kembali kesumbernya.

Percaya dengan adanya Karma Phala

Karma phala merupakan hasil dari perbuatan kita, karma inilah yang akan menghantarkan kita baik dalam kehidupan ini maupun dalam proses jiwa ini menuju sumbernya. Karma yang baik akan menyelamatkan kita dikehidupan ini dan membuat jiwa kita cepat mencapai sumbernya. Ada tiga jenis karma phala, yaitu. Hasil perbuatan yang  dikehidupan yang terdahulu kita nikmati sekarang, hasil perbuatan yang sekarang, kita nikmati dikehidupan yang sekarang juga dan hasil perbuatan yang sekarang belum sempat kita nikmati, akan kita nikmati di kehidupan yang mendatang. Nah dari metode itulah dapat dijelaskan bagaimana seseorang yang lahi ke dunia ini tidak memiliki jalan hidup yang sama. Di sinilah keadilan dapat terlihat dan dirasakan.

Percaya dengan adanya Punarbhawa

Punarbhawa merupakan kelahiran kembali/Reinkarnasi, Hindu meyakini adanya kelahiran kembali, mengapa demikian, karena apabila sang Jiwa yang ada dalam tubuh ini belum dapat menyatu dengan sumbernya, maka Sang Jiwa ini akan mencari badan baru untuk lahir kembali. Adapun kelahiran itu dimaksudkan dengan memperbaiki perbuatan-perbuatan kita terdahulu. Maka pergunakanlah kelahiran menjadi manusia untuk memperbaiki karma kita supaya sang Jiwa yang ada dalam tubuh ini dapat kembali menyatu dengan Sumbernya.

Percaya dengan adanya Moksa

Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu, jika dalam agama Disebutkan bahwa tujuan kita beragama adalah Moksartam Jagadhita ya ca iti dharma. Artinya pencapaian kebebasan dan kesejahteraan di dunia ini dan di akhirat. Moksa dalam arti bebas, bebas dari rasa sakit, bebas dari kelahiran kembali dan bebas dari segalapun yang menyebabkan jiwa ini terbelenggu. Maka ketika manusia telah mencapai moksa, itu artinya sang jiwa yang ada di dalam diri manusia itu dapat telah menyatu dengan Tuhan.

Begitu luesnya  ajaran Hindu yang ada di indonesia, kita patut berbangga menjadi Hindu yang ada di Indonesia karena memiliki ajaran-ajaran yang menunutun kita ke tujuan kita dengan cara yang sangat mudah dipahami. Panca sradha sebagai dasar keyakinan  kita dalam beragama Hindu, Panca sradha pula yang memberikan kita keterbukaan akan kehidupan ini.

Semoga semua mahluk dan isi alam ini sejahtera dan bahagia..

Damai, damai, damai selamnya..

Senin, 13 Februari 2017

4 Aspek Pembahasan Catur Veda


Semoga selalu dalam lindungan dan kasih Tuhan..

Catur Veda merupakan sumber dari pengetahuan Rohani. Mantra-Mantra, doa dan lagu-lagu pujaan suci bersumber dari Catur Veda. Ribuan ayat terdapat dalam Kitab Suci Catur Veda, dari ribuan, menurut aspek Pembahasannya dapat dikelompokan menjadi empat aspek. yaitu adalah:

Pembahasan Aspek Vijnana

Aspek Vijnana merupakan kelompok mantra yang membahas bermacam aspek pengetahuan, baik pengetahuan allam sebagai ciptaanNya, termasuk pula Teologi, Kosmologi dan lain-lain yang bersifat metaphisik. Kata Vijnana berarti kebijaksanaa tertinggi. Yang paling menonjol dalam aspek Vijnana ini adlah aspek yang memberikan keterangan dasar pandangan filsafat dan methafisika berdasarkan Veda.

Pembahasan Aspek Karma

Aspek Karma yang dimaksud adalah pembahasan jenis mantra yang mengandung berbagai aspek jenis Karma atau Yadnya sebagai dasar atau cara dalam mencapai tujuan hidup manusia. pembahasan secara mendalam mengenai hal ini kemudian dikembangkan di dalam kitab-kitab Kalpasutra sebagai pengembangan lebih jauh kitab-kitab Brahmana.

Pembahasan Aspek Upasana

Aspek Upasana merupakan pembahasan kelompok mantra yang membahas segala aspek yang ada kaitannya dengan petunjuk dan cara mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kata Upasnan berarti usaha mendekatkan diri dengan Sthana Hyang Widhi. Kelompok mnatra ini menjadi dasar berkembangnya sistem atau ajaran Yoga.

Pembahasan Asepek Jnana

Aspek Jnana merupakan kelompok mantra yang membahas segala aspek pengetahuan secara umum sebagai ilmu murni. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa kita tidak mendapatkan gambaran secara lengkap bagaimana ilmu itu, kecuali hukum-hukum tertentu yang kemudian kita kembangkan akan menjadi ilmu yang berdidri sendiri, sebagai contoh Vaidikaganitam (Veda Matematika) Ayurveda dan sebagainya. 

Dari keempat Aspek tersebut di kita dapat memilah-milah dan lebih fokus dalam memahami ajaran atau tuntunan yang ada dalam kitab suci Catur Veda. masing-masing aspek telah memberikan gambaran yang tersendiri untuk dapat kita pelajari. Sebenarnya, empat kelompok asepek tersebut dapat disederhanakan menjasi 2 aspek, yaitu ajaran yang mengandung aspek Karmakanda yang kita jumpai ajaran karma, yajna dan upasana, dan  Apek Jnanakanda yang kita jumpai dalam Sasmita, Aranyaka dan Upanisad.

Semoga Seluruh Mahluk hidup dan isi alam semesta ini berbahagia..
Damai di manapun dan selamanya untuk kita semua..


Referensi, Tim Penyusun, 1997, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Hanuman Sakti, Jakarta.




Minggu, 12 Februari 2017

Cara Rsi menerima Wahyu


Rsi merupakan orang yang penting dalam masyarakat Hindu, selain memiliki hati yang suci dan bersih, Rsi juga mamiliki insting yang tajam dalam menanggapi penomena-penomena atau tanda-tanda alam. Karena sifat itulah para Rsi dapat mudah menerima atau meperoleh suatu wahyu dan Anugerah. Sesuai dengan namanya, yang mana Rsi berasal dari urat kata drs yang artinya melihat atau memandang dalam arti yang lebih luas dikatakan memperoleh atau menerima. Oleh karena itu seorang Rsi disebut Mantradrasta. Ada beberapa cara seorang Rsi menerima Wahyu.

Svaranada

Svaranada adalah cara seorang Rsi mendapatkan wahyu dengan cara gema yang diterima seorang Rsi kemudian gema itu berubah menjadi Sabda atau Wahyu dan disampaikan kepada para Siswa kerohanian di Pasraman.

Upanisad

Upanisad merupakan cara Rsi mendapatkan wahyu melalui pikiran Rsi yang dimasuki oleh sabda Brahman sehingga yang diterima oleh sisiwa dari guru adalah sabda Brahman. Guru menyampaikan ajaranNya itu dalam suasanapendidikan dalam garis Parampara yang disebut Upanisad, artinya duduk didekat seorang guru untuk menerima ajaran suciNya.

Darsana

Darsana merupakan cara Rsi mendapatkan wahyu dengan cara berhadapan langsung dengan dewa-dewa. Seperti ketika Arjuna berhadapan dengan Hyang Siwa atu Indra dalam suatu pandangan melalui mata batin.

Avatara

Avatara merupakan cara Rsi mendapatkan wahyu melalui Rsi berhadapan dengan dewa-dewanya seeperti halnya Arjuna menerima Wejangan Suci yang sekarang tertuang dalam Kitab Suci Bhagawad Gita. Ajaran itu diterima langsung dari Tuhan melalui awataranya Sri Krsina.

Rsi menjadikan kita dapat mengetahui ajaran-ajaran suci, baik kerohanian/ketuhanan maupun ilmu alam. Maka dari itu kita hendaknya menyadari betul bagaimana kita bersikap kepada para Rsi. Jika jaman sekarang Rsi dapat disamai perannya dengan para pendeta/pedanda dan pemimpin agama. Kita hendaknya mematuhi apa yang menjadi wejangan atau nasehat yang diberikan oleh pendeta/pedanda. Jika dalam Panca Yadnya bagian ke 2 adalah Rsi Yadnya, kita diwajibkan melakukan pengorbaan suci kepada Para Rsi.

Semoga Bermanfaat.

Semoga semua isi alam semesta ini hidup bahagia dan sejahtera...

Damai selamanya dan dimanapun kita berada

Sabtu, 11 Februari 2017

Sapta Rsi (Tujuh Rsi)


Semoga selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..

Hindu adalah agama yang paling pertama ada di dunia, kitab sucinya adalah Veda. Ajaran Veda telah diciptakan sebelum manusia ini diciptakan di dunia. Itu karena ajaran Veda sangat universal, tidak berawal dan berakhir. Pengetahuan Rohani dan Material yang berasal dari Veda dapat menuntun penganutnya ke tempat atau suatu yang menjadi tujuan. Kitab suci Veda sangat berperan penting dalam roda kehidupan ini. Kita patut berterimakasih kepada para Rsi yang telah menghimpun kita Veda. Di Hindu ada 7 Rsi yang patut kita kenang dan hormati, karena beliau-Beliaulah kitab-kita tersusun. Berikut Sapta rsi atu Tujuh Rsi..

Rsi Grtsamada

Rsi Grtsamada adalah Maharsi yang banyak dihubungkan dengan turunnya mantra-mantra Veda, terutama reg Veda Mandala II. Maha Rsi Grtsamada merupakan keturunan dari Sunahotra, keluarga Angira, ada pula yang menjelaskan bahwa Maharsi Grtsamada adalah keturunan Bhrgu. Oleh karena itulah sejarah Maharsi Grtsamada tidak diketahui secara pasti. Di carita Mahabharata ia disebutkan keturunan Maharsi Saunaka.

Rsi Visvamitra

Rsi Visvamitra adalah Maharsi yang banyak disebut-sebut namanya dan dikaitkan dengan seluruh mandala III Reg Veda yang terdiri dari 58 Sukta. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata tidak semua Sukta dikaitkan dengan nama Rsi Vivamitra. Visvamitra adalah putra dari Rsi Kusika. Namun keterangan lain ada yang menyebutkan bahwa Rsi Visvamitra bukan termasuk golongan Brahmana melainkan golongan kesatriya.

Rsi Vamadewa

Maharsi Vamadewa banyak dikaitkan dengan Mandala IV Reg Veda. Kurang banyak diketahui riwayat  Maharsi Vamadewa ini. Dalam kitab-kitab Purana diceritakan bahwa Vamadewa sempat mengadakan dialog dengan Dewa Indra. Sehingga Maharsi Vamadewa disebut pemberi petunjuk untuk mencapai kesempurnaan sejati.

Rsi Atri

Maharsi Atri banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala V Reg Veda.  Bila dibaca secara seksama, Reg Veda Mandala V tampaknya tidak hanya Maharsi Atri saja yang menerima Wahyu , tetapi juga Rsi Druva, Prabhuvasu, Samvarana, Gauraviti dan Putra Sakti. Tetapi kemungkinan nama-nama itu merupakan keturunan dari Maharsi Atri.

Rsi Bharadvaja

Maharsi Bharadvaja adalah Maharsi yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dari mandala VI Reg Veda. Adapun nama-nama lain, seperti Nara, Gargajisva adalah nama Rsi penerima wahyu dari keluarga Bharadvaja. Dalam kitab-kitab Purana dijelaskan bahwa Rsi Bharadvaja adalah putra Brihaspati.

Rsi Vasistha

Maharsi Vasistha banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra Mandala VII Reg Veda. Salah seorang keturunannya, Rsi Sakti juga dikenal sebagai penerima Wahyu.  Dalam kitab Purana, dinyatakan bahwa Rsi Vasistha menikah dengan Arundhati, sudara perempuan Devarsi Narada. Dari pernikahan itu lahir seorang putra bernama Sakti.

Rsi Kanva

Maharsi Kanva adalah penerima wahyudan banyak dikaitkan dengan Mandala VIII Reg Veda.  Mandala ini isinya bermacam-macam Sukta. Kanva adalah nama pribadi dan juga nama keluarga. Mandala VIII dinyatakan diterima oleh Maharsi Kanva atau merupakan wahyu yang diterima oleh keluarga Sakuntala. Disamping rsi Kanva terdapat pula nama-nama rsi lainnya seperti Kasyapa, Putra Marici. Maharsi Kanva mempunyai puta bernama Praskanva. Dan banyak nama Rsi yang dijumpai di mandala VII.


Adapun mandala IX dan X Reg Veda merupakan mandala yang paling lengkap. Mandala ini memuat pokok-pokok ajaran agama Hindu yang sangat penting dan sangat bermanfaat untuk diketahui. Dalam mempelajari perkembangan agama Hindu di daerah ini, kita jumpai pula tokoh-tokoh yang disebut  juga Pancarsi yaitu adalah Mpu Agnijaya, Mpu Kuturan, Mpu Sumeru, Mpu Gana dan Mpu Bharadah.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia dan sejahtera..
damai selamanya dan di manapun.. Om....

Referensi: 
 Tim Penyusun, 1997, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Hanuman Sakti,

Jumat, 10 Februari 2017

Catur Veda


Pada perkembangannya Veda, sangat berperan penting dalam kehidupan spiritual maupun material. Pengetahuan tentang Spiritual maupun Material menjadi hal yang khusus untuk dipelajari secara seksama supaya tidak menimbulkan pemahaman-pemahaman yang berbeda dan dapat membedakan antara pemahaman tentang ketuhanan dan keduniawian. Catur Veda yang merupakan Sruti yang masuk golongan Mantra merupakan kitab yang secara khusus ditulis/dihimpun oleh para Rsi/orang suci yang berasal dari Wahyu Tuhan  untuk melakukan bakti dalam bentuk pemujaan, mengucapkan nama-nama suci Tuhan, lagu rohani serta untuk mantra yang diyakini dapat memberikan kita keselamatan. Catur Veda terdiri dari Reg Veda, Sama Veda, Yayur Veda dan Atharwa Veda.

Reg Veda

Reg Veda adalah kitab catur Veda yang dihimpun paling pertama, Rsi yang menghimpun Reg veda adalah Rsi Pulaha. Reg Veda merupakan kumpulan mantra atau doa suci,  terdiri dari 1017 hymna atau 1028 mantra termasuk bagian mantra Walakhitanya. Disebut pula terdiri atas 10580’/2 stanza atau 153826 kata-kata atau 432000 suku kata. Reg vVeda terdiri dari 10 mandala yang panjangnya tidak sama. Disamping itu, Reg Veda juga disebut dibagi menjadi 2 Astaka Mandala, mandala 2-8 ayat-ayat dihimpun oleh suadara-saudara Maha Rsi Tunggal, sedangkan 1,9 dan 10 dihimpun oleh banyak Maha Rsi. Kitab Reg Veda dikumpulkan dari beberapa jenis resensi, seperti resensi Sakala, Baskala, Aswalayana, Sankhyayana dan Madukeya. Dari resensi tersebut yang masih tepelihara adalah resensi Sakala, yang lainnya banyak yang belum disempurnakan lagi karena mantra-mantranya hilang.

Sama Veda

Sama Veda merupakan veda yang bersisi nyanyian-nyanyian suci untuk Tuhan. Dihimpun oleh Rsi Jaimini. Menurut penelitian Sma Veda terdiri dari 1875 mantra yang terdiri dari dua bagian yaitu: bagian Arcika yaitu himpunan mantra-mantra pujaan yang bersumber dari Reg Veda, sedangkan bagian Uttaracika merupakan himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Semua itu berdasarkan dari kitab-kitab Sama Veda yang masih dapat kita jumpai antara lain, Ranayaniya, Kautama dan Jaiminiya (Talawakara). Walaupu seperti itu di dalamnya, usaha penulisan kembali kitab Sama Veda telah diusahakan sedemikian rupa supaya tidak banyak yang hilang.

Yayur Veda

Yayur Veda merupakan Veda yang berisi mantra-mantra untuk melakukan korban suci atau yadnya. Kitab ini dihimpun oleh Rsi Waisampayana.Yayur Veda terdiri dari 101 resensi yang sebagian besar sudah lenyap. Kitab terdiri dari 2 aliran yaitu Yayur Veda Hitam (Krsna Yayur Veda) dan Yayur Veda Putih (Sukla Yayur Veda yang juga dikenal Wajasaneyi samitha) kitab ini terdiri dari du resensi yatu resensi Kanwa dan Resensi Madhayandina. Yayur Veda Putih terdiri dari 1975 mantra yang isinya umumnya menguraikan bagaimana jenis-jenis yadnya seperti Wajapeya, Rajasuya, Asmasedha dan Aarmawedha. Bagian terakhir dari Veda ini memuat ayat-ayat yang kemudian dijadikan Isopanisad.

Atharwa Veda

Kitab Atharwa Veda merupakan kumpulan-kumpulan mantra yang merupakan mantra untuk keselamatan diri dan pengobatan. Kitab ini disusun oleh Rsi Sumantu.  Terdiri dari 5987 mantra. Kitab ini terpelihara dalam dua resensi yaitu resensi Saunaka terbagi atas 21 buku dan resensi Paipplada.



Referensi, Widya Upadesa, Kelas XI

Rabu, 08 Februari 2017

Ilmu Pengetahuan Para Widya dan Apara Widya


Semoga selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..

Dalam kitab Agni Purana, Ilmu pengetahuan ada 2 jenis, yaitu Para Widya dan Apara Widya. Sastra suci telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada kita, sehingga ilmu pengetahuan  yang memiliki banyak cabang telah memberikan pilihan bagi kita untuk menekuni  cabang Ilmu pengetahuan. Supaya kita dapat membedakan jenis ilmu pengetahuan dan tidak mencampuradukan ilmu pengetahuan, maka Para Widya dan Apara Widya ini yang menjadi sudut pandang.

Para Widya

Ilmu pengetahuan Para Widya adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan kerohanian atau yang biasa kita sebut dengan Brahma Widya. ilmu pengtahuan yang sifatnya tidak bisa dirubah atau dilekang zaman.  Jika kita lihatdari kitab suci Veda, maka yang termasuk dalam jenis ilmu pengetahuan ini adalah Veda Sruti. Dalam veda Sruti melahirkan tiga cabang lagi, itu adalah Mantra, Brahmana dan Upanisad. Yang mana Veda Sruti ini menrupakan Wahyu Langsung dari Tuhan yang disampaikan melalui para Rsi pada saat melakukan Tapa.  Sruti juga sering dikenal denga Catur Veda yaitu, Reg Weda, Yayur Veda, Sama Veda dan Atharwa Veda .

Apara Widya

Apara Widya merupakan ilmu pengetahuan yang  berisi tentang pengetahuan keduniawian. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimanan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan yang memiliki sifat yang dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan jenis ini memilki ribuan cabang. jika dilihat dari isinya, kitab Veda Smrti tergolong ilmu pengetahuan Apara Widya, karena Veda Smrti ini tersusun dari cerita-cerita Itihasa, atas dasar kesepakatan para orang suci dan pimpinan lembaga , yang isi memberikan pengetahuan tentang bagaimana kita menjalani hidup. Misalnya kitab Ramayana, Mahabrata dan Menawa Dharmasatra.

Kedua ilmu pengetahuan di atas tersebut sangat penting untuk kita ketahui, karena dalam kehidupan diperlukan keseimbangan untuk menuntun hidup kearah yang lebih baik. Ilmu keduniawian yang banyak kita kuasai apa bila tidak seimbang dengan pengetahuan rohani/keTuhanan maka sudah pasti ilmu yang kita miliki tidak bermanfaat baik. Untuk itu, mari kita gali sebanyak-banyaknya Ilmu Pengetahuan Para Widya dan Apara Widya. Seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein Ilmu Tanpa Agama Itu Buta, Agama Tanpa Ilmu Itu Lumpuh. Pengetahuan agama sangat membantu kita untuk memahami pengetahuan Para Widya, oleh karena itu Agama merupakan pendukung kita dalam menguasai Ilmu-Ilmu pengetahuan yang lainnya.

Semoga seluruh isi alam Semesta ini Berbahagia dan Sejahtera

Damai, Damai, Damai selamanya dan di manapun kita berada.

Selasa, 07 Februari 2017

Tri Jnana Sandhi sebagai Pedoman Hidup


Semoga Selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan

Dalam agama Hindu, yang menjadi dasar penuntun hidup yaitu Tri Jnana Sandhi. Tri Jnana Sandhi terdiri dari tiga suku kata yaitu Tri, Jnana dan Sandhi. Tri artinya tiga, Jnana artinta Pengetahuan/Kerangka dan Sandhi artinya dasar atau kunci. Jadi Tri Jnana Sandhi artinya Tiga pengetahuan/Kerangka dasar agama Hindu. Tri Jnana Sandhi juga menjadi dasar untuk menjalani kehidupan bagi semuanya. Adapun bagian-bagian Tri Jnana Sandhi yaitu, Tattwa, Etika dan Upacara/Upakara. Pembahasan Tri Jnana Sandhi akan dibahas scara kehidupan yang modern dan global.

Tattwa

Tattwa berasal dari kata “tat” yang artinya kebenaran, Tattwa juga bisa disebut dengan ilmu pengetahuan. Dalam konteks keagamaan Tattwa berfungsi sebagai  ilmu untuk mencari hakekat Tuhan. Sedangkan di zaman modern Tattwa lebih dikenal dengan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan inilah manusia bisa bertahan dan menjalani hidup dengan baik, sehingga apa yang menjadi tujuan manusia dapat tercapai dengan baik. Tattwa memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan, baik perubahan manusia maupun perubahan dunia. Oleh karena itu tattwa menjadi dasar yang pertama dalam susastra suci.

Etika/Susila

Etika merupakan sikap/prilaku seseorang yang dapat memberikan dampak positif dan keuntungan bagi orang lain. Etika juga merupakan norma-norma yang digunakan sebagai patokan untuk hidup yang harmonis dan saling menguntungkan. Dalam bermasyarakat etika menjadi hal yang sangat penting untuk diterapkan. Karena setiap interaksi memerlukan etika untuk menjalin perasaan yang nyaman diantara keduanya yang mana etika telah menjadi pedoman dalam pergaulan masyarakat.

Upacara/Upakara

Upacara/Upakara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan rutin dan bersama-sama dengan tujuan untuk memberikan efek yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam zaman modern upacara bisa disebut juga dengan suatu pengorbanan. Pengorbanan yang dilakukan secara bersma-sama tentunya memberikan efek baik yang besar pula. Dalam kehidupan individu, pengorbanan menjadi satu titik terakhir dalam berjuang untuk hidup yang lebih baik. Jelas dikatakan oleh sebagian orang, setiap apapun yang dilakukan dan yang diinginkan butuh pengorbanan.

Tattwa, Etika dan Upakara/Upacara/Pengorbanan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan, sehingga ketiganya ni harus dimiliki oleh manusia. Dengan ilmu yang kita miliki, kita mengerti apa yang baik dan apa yang menjadi tujuan kita. Begitu juga ketika kita telah mengerti apa yang menjadi tujuan kita, maka sudah pasti kita memerlukan pengorbanan untuk mencapai tujuan kita. Jalani dan maknai hidup dengan baik dan terarah, gali ilmu pengetahuan, cerminkan etika kita dan lakukan pengorbanan. Dengan demikian, semoga semua mahluk hidup berbahagia dan sejahtera.

Semoga seluruh isi alam semsta ini berbahagian dan sejahtera..
Damai, damai, damai selamanya dan dimana-mana..


Senin, 06 Februari 2017

Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Sejarah Agama Hindu masuk ke Indonesia menurut para ahli dan sarjana melalui berbagai cara dan disebarkan lebih dari satu golongan, namun secara umum masuknya Hindu ke Indonesia oleh kaum Brahmana dan Waisya dengan cara berdagang, pertukaran barang dan kontak kebudayaan. Perkembangan Hindu di Indonesia sangat cepat dan menyebar di berbagai daerah, terbukti banyak peninggalan-peninggalan jaman kerajaan Hindu yang ada di banyak daerah.

Mulai dari Kerajaan Kutai Kalimantan Timur, pada tahun 400 masehi, telah didapatkan sebuah Yupa di tepi Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Isi Yupa tersebut memberi bukti-bukti keHinduan yang tertua di Indonesia. Yupa tersebut menggunakan Huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari 7 buah Yupa yang ditemukan, bisa dikatakan bahwa pada jaman kerajaan ini adalah merupakan penganut Siwaitis atau Waprakeswara yang merupakan suatu tempat suci yang berhubungan dengan dewa Iswara (nama lain dari Dewa Siwa). Kerajaan Kutai ini dipimpin oleh raja Mulawarman.

Pada Abab ke 5 Hindu berkembang di daerah Jawa Barat ditandai dengan kerajaan Taruma Negara dengan rajanya yang bernama Purnawarman. 7 buah Prasasti dan batu-batu yang bertuliskan Huruf Pallawa memakai bahasa Sansekerta. Ketujuh prasasti tersebut dijumpai di Ciaretium, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu  dan Lebak. Dari Prasasti yang ditemukan itu menerangkan bahwa raja Purnawarma menganut agama Hindu dengan menokohkan Dewa Wisnu sebagai pemberi sumber Kemakmuran. Hal itu jelas tertulis pada prasasti Tugu, dalam pemerintahan raja 
Purnawarman menggali sungai Gomati dan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana. Selain prasasti juga ditemukan Arca Perunggu menggambarkan Dewa Wisnu di Cibuaya.

Setelah Jawa Barat, pengaruh Hindu masuk ke Jawa Tengah sekitar abab ke 6 yang ditandai dengan ditemukannya Prasasti Tuk Mas dan Prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh raja Sanjaya sekitar tahun 654 dengan Candra Sengkala “Sruti Indria Rasa” keseluruhan prasasti itu terdiri dari 12 bait yang memuat tentang pemujaan Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma.

Di Zaman berikutnya Agama Hindu berkembang di daerah Jawa Timur, dibukutikan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo pada tahun 682 saka memakai huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut menerangkan bahwa raja Simha dari kerajaan Kanyuruhan mengadakan upacara besar berserta para pendeta dan penduduk negeri. Candi Badut di Malang merupakan salah satu  bukti  jejak Hindu di Jawa Timur. Dengan berakhirnya kerajaan Kanyuruhan maka muncullah dinasti Isana Wamsa dengan rajanya Empu Sendok. Pada zaman ini buku-buku keagamaan disusun. Pada tahun 991-1016 dalam pemerintahan Dharmawangsa disusun kitab hukum bernama Purwadigama yang mengambil dari sumber kitab Weda Smerti. Selain itu kitab Mahabarata disalin dari india ke bahasa Jawa Kuno sebanyak 9 Parwa. Selanjutnya pada pemerintahan Airlangga di Pasuruan jawa Timur tahun 1019-1042, disusun kitab Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa. Airlangga mempunyai 2 putra, supaya tidak terjadi perebutan tahta melalui pertolongan Mpu Bharadah pada tahun 1041 kerajaan dibagi menjadi 2. Kerajaan Jenggala Singasari dan kerajaan Panjalu kediri.


Selanjutnya pada Zaman kerajaan Singosari pada tahun 1042-1222 masehi, Ken Arok sebagai raja pertama digelari Bhatara Guru. Peninggalan yang membuktikan Ken Arok penganut Hindu adalah berdirinya candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singosari. Pada abab 13 berakhirlah masa Singosari sehingga muncul kerajaan Majapahit.  Puncak kejayaan kerajaan Majapahit pada tanggal 1293-1528 kehidupan beragama hidup secara berdampingan secara rukun antara Siwa, Wisnu dan Budha Mahayana. Berdirinya candi Penataran dan candi Simping  di Blitar terdapat arca yang merupakan perwujudan Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit.  Dengan Rajanya Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada kerajaan Maja Pahit dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan mampu menguasai wilayah di luar Indonesia. Di zaman pemerintahan ini pula kerajaan surut seiring dengan itu perkembangan Agama Hindu mulai mengalami kemunduran.

Sabtu, 04 Februari 2017

3 Zaman Sejarah Perkembangan Agama Hindu


Sejarah merupakan peristiwa yang telah terjadi yang memberikan suatu kesan atau peninggalan yang sangat penting bagi manusia. Segala asal-usul yang ada akan dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Demikian pula kita sebagai manusia, apabila kita lupa dengan sejarah, maka sudah dipastikan kita akan kehilangan Jatidiri. Sehingga membuat kita berjalan tanpa arah yang jelas. Dalam berbangsa, hendaknya selalu ingat akan sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Oleh karena itu, sampai sekarang pelajaran sejarah masuk di deretan penting dalam kurikulum pendidikan.

Sejarah perkembangan Agama Hindu memiliki cerita yang tak pernah bosan kita bahas. Sehingga sejarah Hindu semakin dipelajari, akan membuat kita semakin paham bagaimana asal-usul kita yang sebenarnya. Agama Hindu adalah agama yang paling Tua, sehingga setiap peninggalan sejarah Agung, pasti ada campur tangan penganut Hindu. Di Hindu sendiri ada 3 Zaman yang terjadi, yang pertama Zaman Weda Kuno, Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad.

Zaman Weda Kuno.

Datangnya bangsa Arya sekitar 2500 tahun sebelum masehi ke India, memberikan warna tersendiri karena Bangsa Arya tergolong sebagai pengembara yang cerdas, terampil dan tangguh. Zaman Weda Kuno menjadi momen penulisan Veda suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan manusia zaman ini tercantum pada ajaran-ajaranVeda Samitha, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan Ayat-Ayat Veda secara Oral dengan cara menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok. Zaman ini juga dikenal dengan zaman Weda Sruti.

Zaman Brahmana.

Pada Zaman Brahmanan ditandai munculnya Kitab Brahmana yang bagian dari Weda Sruti yang disebut dengan Karma Kanda.  Perkembangan Agama Hindu pada zaman ini merupakan peralihan dari zaman Weda Samitha ke Zaman Weda Brahmanan.  Kedudukan kaum Brahmana pada zaman ini mendapatkan perlindungan yang sangat baik. Hal ini terlihat pada masa pemerintahan dinsti Candragupta Maurya di kerajaan Magadha berkat bantuan Brahmana Canakya (Kautilya). Pada zaman ini pula timbul perubahan suasana yang bercirikan:

  1.  Korban/Yadnya mendapatkan perhatian khusus 
  2. Para pendeta menjadi golongan yang sangat dihormati dan dipatuhi
  3. Munculnya kelompok masyarakat dengan berbagai jenis Pasraman
  4. Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya
  5. Timbul kitab-kitab Sutra

Zaman Upanisad.

Sesuai dengan nama Zamannya, kehidupan manusia pada zaman ini bersumber dari ajaran-ajaran kitab Upanisad yang juga tergolong Weda Sruti yang dijelaskan secara filosofis. Konsep keyakinan ajaran-ajaran Panca Srada dan Catur Purusa Artha diformulasikan lebih jelas. Upanisad yang dikenal dengan pertemuan antara guru dan murid yang mana dalam pertemuan itu menceritakan wejangan-wejangan suci yang bersifat rahasia yang dilaksanakan di Pasraman secara terbatas sehingga Kira Upanisad disebut dengan Aranyaka.  Ada 108 jumlah kitab Upanisad dan tiap Weda Samitha mempunya Upanisad tersendiri. Tutunan pada zaman ini diarahkan untuk meninggalkan ikatan keduniawian dan kembali ke asal sebagai tujuan akhir yaitu mnyatu dengan sang Bharman. Dengan sistem hidup kerohanian seperti itu kemusian menimbulkan menimbulkan berbagai aliran Filsafat yang disebut dengan Sad Darsana.

Referensi:

 Tim Penyusun, 1997, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Hanuman Sakti,                      Jakarta                                                                                                                                     PHDI Pusat, 2013, Swastikarana Pedoman Ajaran Hindu Dharma PHDI, PT. Mahabakti, Jakarta

Jumat, 03 Februari 2017

MENCARI PENGETAHUAN

Semoga selalu dalam lindungan dan Kasih Tuhan

Pengetahuan merupakan modal utama untuk melewati lingkaran kehidupan ini dengan baik dan terarah. Pengetahuan juga memiliki peran yang penting dalam memahami  perkembangan jaman baik dalam skala kecil sampai skala besar. Pengetahuan yang bersal dari  pemahaman dan mengalami kejadian maka itu disebut pengalaman, sehingga pengalaman itu dijadikan pedoman dan batas pengetahuan yang paling utama oleh manusia. Di dalam ajaran Sastra suci, ada tiga cara untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut Tri Pramana yaitu, Agama Pramana, Anumana Pramana dan Praktyaksa Pramana.

Agama Pramanan merupakan pengetahuan bisa didapatkan dari buku-buku/sastra suci, ajaran-ajaran agama yang diajarkan oleh Guru dan Orang Suci serta dari orang yang dianggap lebih tahu yang mempunyai  kejujuran dan keluhuran budi. Sehingga pengetahuan itu memiliki bukti dan sumber yang jelas untuk dijadikan acuan dalam mempertanggungkan pengetahuan yang kita miliki. Dalam jaman yang sekarang, dalam menggali pengetahuan melalui  Agama Pramana, orang harus jeli dalam memilih referensi buku-buku dan sumber ajaran yang digunakan sebagai bahan acuan.

Anumana Pramana merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan melalui perhitungan yang logis dengan gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan dan menjadi bukti yang nyata. Dengan cara ini biasanya menjadikan orang kuat dalam melakukan analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif.  Contohnya, dimana ada asap, disitu pasti ada api.

Pratyaksa Pramana merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan cara melihat dan mengalami secara langsung terhadap suatu benda atau gejala-gejala yang terjadi. Sehingga Praktyaksa Pramana merupakan tahap akhir dalam menyakini suatu pengetahuan untuk dijadikan bukti yang akurat dan kuat. Selain melihat dan mengalami langsung, biasanya dalam proses mengetahui benda atu gejala  tersebut orang ikut terlibat dalam proses itu.

Dalam mencari pengetahuan hendaknya dikuatkan dengan  bimbingan dan tuntunan yang dijadikan sebagi pedoman yaitu adalah, Sastratah, Gurutah dan Swatah. Sastratah merupakan pengetahuan yang bersumber dari buku-buku/sastra-sastra . Gurutah merupakan sumber pengetahuan dari seorang Guru/Rsi yang mana dengan adanya Guru dalam kita mendalami pengetahuan, maka akan semakin mudah dalam memahami pengetahuan itu. Swatah adalah mencari pengetahuan dari Alam Semesta ini dengan cara kita meyakini dan memohom bimbingan kepada Tuhan, bahwa sumber dari segala Pengetahuan adalah Tuhan yang maha Tahu.

Pengetahuan itu sangat penting karena dengan pengetahuan kita dapat selalu berada dalam lingkaran kehidupan yang baik, sehingga apa yang menjadi tujuan hidup, Dharma, Arta, Kama dan Moksa dapat tercapai. Jika dalam agama Hindu tujuannya disebut, Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

Semoga semua isi alam semesta ini berbahagia dan sejahtera..
damai, damai, damai selamanya...