Senin, 20 Januari 2020

Putra adalah Harta Yang Paling Berharga



Om Swastyastu..

2 (dua) hari terakhir banyak melihat kejadian melalui media sosial tentang anak yang dibuang, ada yang ditemukan masih hidup, ada pula yang sudah tidak bernyawa, bahkan ekstrimnya ada juga ditemukan dengan bagian tubuh yang tidak utuh! Dalam hati kecil berkata, kok kejam, kok bisa, kok ada orang yang tega melakukan perbuatan itu?! Tapi apa daya, itu adalah realitas kehidupan, baik buruk selalu ada, Rwabhineda. Zaman Kali Yuga memang sudah berjalan, orang bilang zaman edan, ada yang bilang zaman kebalik, yang baik ditindas, yang tidak baik merajalela. Orang kelakuan binatang, binatang berlaku manusia. Biasa hal itu terjadi, karena komposisi orang yang baik di zaman kali yuga hanya 25 %.

Merisnya, kenapa ada yang tega membuang anaknya sendiri yang masih orok/baru lahir? jika dianalisis memang banyak faktor yang menjadi alasan, tetapi apapun alasan orang yang tega membuang bayi, orang tersebut dipastikan adalah orang yang tidak memiliki hati, perasaan dan cinta kasih, kalau otak jelas punya tapi otaknya sudah beku makanya tidak bisa mikir lagi. Seharusnya orang sadar, anak merupakan anugerah yang paling besar dalam kehidupan ini. Sehingga harus benar-benar dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya.

Jika dilihat dalam ajaran Hindu, memiliki keturunan atau seorang anak merupakan salah satu tujuan kehidupan ini yang bisa diwujudkan pada masa Grahasta. Masa Grahasta inilah puncak meraih artha, baik artha yang berupa uang, kebahagiaan, anak, sandang papan dll. Dari semua artha itu, anak merupakan artha yang paling besar dan sangat diinginkan oleh orang tua. Jika kita lihat dalam susatratra “Oleh karena seorang anak yang akan menyeberangkan orang tuanya dari neraka yang disebut Put (neraka lantaran tidak memiliki keturunan), oleh karena itu ia disebut Putra" (ManavadharmasĂ stra IX.138). Seorang anaklah yang akan medoakan orang tua ketika meninggal dan proses pitra yadnya, doa seorang anaklah yang memberikan penerangan di alam pitara dan bhakti seorang anaklah yang akan membawakan orang tua menuju kebahagiaan sejati. Adhi Parwa "Disebutkan bahwa seorang anak merupakan pengikat tali kasih yang sangat kuat di dalam keluarga,ia merupakan pusat menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah yang melebihi cinta kasih orang tua terhadap anak-anaknya, mengejar mereka, memangkunya, merangkul tubuhnya yang berdebu dan kotor (karena bermain-main). Demikian pula bau yang lembut dari bubuk cendana, atau sentuhan lembut tangan wanita atau sejuknya air, tidaklah demikian menyenangkan seperti halnya sentuhan bayi sendiri, memeluk dia erat-erat. Sungguh tidak ada di dunia ini yang demikian membahagiakan kecuali seorang anak"(74,52,55,57).

Begitu pentingnya kehadiran seorang anak dalam keluarga, seorang anak bisa membuat rumah menjadi tempat yang sangat menarik yang membuat orang tua selalu ingin segera beranjak ke rumah. Bukan mobil mewah, bukan jabatan, bukan pula tumpukan uang yang tinggi yang membuat orang tua cepat-cepat pulang ke rumah. Karena sejatinya memiliki satu anak, itu lebih berarti dibandingkan uang yang banyak dan jabatan yang tinggi. Slokantara 2 disebutkan:

 Kupacatad wai paraman saro’pii
Saran catad pramo’pi yajnah,
Yajnacatad wai paramo’pi putrah,
Putracatad wai paraman hi satyam.

Artinya :

Membuat sebuah telaga untuk umum itu lebih baik daripada menggali seratus sumur,
Melakukan yadnya (korban suci) itu lebih tinggi mutunya daripada membuat seratus telaga,
Mempunyai seorang putra itu lebih berguna daripada melakukan seratus yadnya,
Dan menjadi manusia setia itu jauh lebih tinggi mutu dan gunanya daripada mempunyai seratus putra

Seratus Yadnya (pengorbanan) artinya  seratus jabatan yang tinggi, seratus triliun uang kalah dengan satu orang putra. Begitu berharganya seorang putra dikehidupan ini, sehingga tujuan grahasta yang pertama adalah mendapatkan putra untuk meneruskan keturunan bukan uang, atau jabatan yang tinggi.

Disebutkan lagi di kitab Adi Parwa "Seseorang yang memperoleh anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara anaknya dengan baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur menyatakan seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan, oleh karena itu melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan mulia(74,61-63). Lebih jauh maharsi Manu dalam kitab Niti Sastra II.28 menyatakan pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang akan memperoleh kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa.

Oleh karena itu, mari kita jaga dan besarkan anak dengan penuh kasih sayang, penuh perhatian supaya anak tumbuh menjadi anak yang suputra. Karena jika orang tua tidak membesarkan dan menjaga anak dengan baik maka akan menjebak orang tua dalam penderitaan! Salam sayang dan cinta anak. Semoga bermanfaat.

Om Santi Santi Santi Om..


Jumat, 17 Januari 2020

Mantap Dalam Beragama




Om Swastyastu..

Kehidupan beragama masa ini mendapatkan sorotan yang sangat menarik, kehidupan beragama tidak lagi hanya digunakan sebagai media dalam mendekatkan dan mengharmoniskan diri kepada Tuhan, Manusia dan Alam tetapi juga banyak pihak-pihak yang memanfaatkan kehidupan beragama untuk kepentingan individu, kelompok, politik, kekuasaan dan lain-lain. Jika sebagai manusia mudah terpengruhi dan dimanfaatkan  untuk kepentingan  ego sektoral, maka terkikislah sradda (keimanan) seseorang itu.  Banyak kasus dalam kehidupan ini yang muncul karena pengaruh kepentingan itu, sebagai contoh pindah keyakinan, menakutnakuti orang, mudah bingung dan mudah emosi bahkan ini dilakukan oleh orang yang cukup umur, tokoh umat dan maupun orang yang memiliki pendidikan tinggi. Sedih memang melihat fenomena seperti ini dalam masyarakat. Andai saja sebagai umat telah dewasa dalam beragama, mungkin fenomena-fenomena tersebut tidak kita temukan dalam kehidupan ini. Namun apa daya, itu benar-benar terjadi dan tidak bisa dihindari karena sejatinya manusia adalah insan yang memiliki tiga sifat dalam diri (Tri Guna)

Cerita masa lalu, dalam suatu wawancara penulis pernah ditanya, apa yang membuat anda yakin beragama Hindu?? “Kemudian dengan sederhana menjawab, karena saya lahir dari Hindu, matipun saya tetap Hindu. Semakin mempelajari dan memahami Hindu maka semakin cintalah saya kepada Hindu. Itu yang membuat saya yakin dan damai di dalam Hindu!” . Iya, Memang benar itu yang seharusnya dirasakan oleh semua penganut Hindu. Hindu merupakan agama yang sangat universal dan fleksibel sehingga semua orang bisa menjalankan dan mengikutinya. Tidak perlu lagi ada kebimbangan dengan Hindu, karena Hindu telah melewati 3 (tiga) zaman mulai dari proses penciptaan semesta ini. Sehingga harus yakin dan mantap dalam beragama (Hindu).

Keyakinan membuat orang kuat dan mudah mencapai apa yang menjadi tujuannya. Begitu juga dalam beragama, jika sebagai umat tidak memiliki keyakinan terhadap Agama yang dianutnya, maka akan sulit bagi orang tersebut mantab, tenang dan damai menjalankan ajaran agamanya. Di dalam kitab suci Bhagawad Gita 9.3 disebutkan:

Asraddadhanah purusa
Dharmasyasya parantapa
Aprapya mam nirwantante
Mrtyu-samsara-wartmani

Artinya: Orang yang tidak memiliki keyakinan terhadap pengetahuan ini, maka dia tidak akan bisa mencapai aku, wahai parantapa,  dia akan mengalami kelahiran kembali di alam material ini.

Sloka di atas sangat relevan jika dihubungkan dalam kehidupan beragama, bagaimana mungkin seseorang akan mencapai tujuan agama jika seorang tersebut tidak yakin/ragu-ragu dengan agama itu. Sederhana saja, jika seseorang tidak yakin, maka akan sulit untuk melakukan bhakti kepada Tuhan.  Sloka di atas hendaknya menjadi pegangan untuk umat Hindu, sebagai umat Hindu wajib menyakini apa yang dimiliki dan dijalaninya. Dengan keyakinan tersebut seseorang akan bisa mencapai tujuan itu. Termasuk keyakinan beragama, dengan meyakini dan mantap dengan agama maka seorang akan dapat mencapai  tujuan agama itu. Harus yakin dan mantap dalam beragama!

Hindu memiliki ajaran yang sangat sederhana dan sangat dekat dengan kehidupan ini. Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu Tattwa, Etika dan Upacara kemudian relevan dengan Lahir, Hidup dan Mati yang merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia. Sejatinya, produk akhir dari ajaran Hindu adalah Perbuatan Baik (Subhakarma), sehingga sederhana bagi Hindu, jika seseorang bisa selalu berbuat baik, maka itulah orang yang tinggi dalam beragama. Mari yakini agama dan mantap dalam beragama sehingga tidak lagi ada keragu-raguan dalam kehidupan ini, tidak ada lagi yang takut dan menakuti. Semua baik-baik saja apabila setiap umat bisa menjalin persaudaraan dan saling asah, asih dan asuh, karena sejatinya itulah yang diinginkan oleh Tuhan. Semoga bermanfaat.

Om Santi Santi Santi Om.