Om Swastyastu.
Kebhinekaan dan
Kerukunan dalam ajaran Hindu menjadi titik penting dalam mewujudkan kehidupan
masyarakat yang harmonis dan hubungan yang baik dengan orang lain. Kebhinekaan artinya
keberagaman dan kerukunan artinya harmonis. Dengan kebhinekkaan ini, kita wajib
menciptakan kerukunan. Di Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan, suku,
pulau, golongan dan Agama tetapi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang
utuh membentuk NKRI.
Menurut
pengertian Veda pada hakikatnya merupakan bagian dari manusia lainnya, tak
terpisahkan dari seluruh ciptaan Tuhan ( Sang Hyang Widi Wasa ), penguasa dan
penakdir segala ciptaan-Nya di alam semesta ini. Manusia Hindu tidak dapat
memisahkan dirinya untuk sebuah perbedaan, karena ia berasal dari yang satu,
serta pada akhirnya akan kembali kepada yang satu jua.
Demikianlah di
dalam pustaka suci Veda dinyatakan sebuah kalimat: ”TAT TVAM ASI” yang bermakna: ”Itu adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Aku
adalah Dia, Engkau adalah Aku, dan seterusnya. ”Bahwa setiap manusia adalah
saudara dari manusia lainnya dan teman dari insan ciptaan-Nya. Sesanti ‘Tat Tvam Asi‘ ini menjadi landasan etik
dan moral bagi umat Hindu di dalam menjalani hidupnya sehingga ia dapat
melaksanakan kewajibannya di dunia ini dengan harmonis.
Dalam rangka
meningkatkan kerukunan hidup menuju kehidupan beragama dan bernegara, maka
ajaran Tri Hita Karana harus diamalkan dalam kehidupan sehari – hari secara
nyata, yang meliputi :
1. Hubungan manusia dengan Sang Pencipta dalam wujud
bhakti yang murni.
2. Hubungan manusia dengan sesama warga negara dan
atau sesama umat manusia dalam wujud kebersamaan
/ persatuan sejati.
3. Hubungan manusia dengan lingkungan secara
harmoni.
Hubungan manusia
dengan Tuhan hendaknya dilandasi oleh kesadaran bahwa ”Tuhan adalah kebenaran
pengetahuan yang tak terbatas (Sat Citta Ananda Brahman) dan Ia adalah
dari mana semua ini berasal (Janmadhyasyah yatah)”, sebagaimana
diungkapkan di dalam kitab Maha Nirvana Tantra dan Brahma Sutra I.1.2.
sehubungan dengan itu terdapat dua buah sloka yang menarik di dalam kitab suci
Bhagawad Gita pada adhyaya XVIII.65 yang berbunyi :
”Man-mana bhava mad-bhakto
mad-yaji mam namaskuru,
mam evaisyasi satyam te
pratijane priyo si me.”
Artinya:
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku bersujud pada-Ku, sembahlah Aku
engkau akan tiba pada-Ku, Aku berjanji setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi.
Hubungan manusia
dengan sesama manusia/warga bangsa hendaknya mengarah kepada kerukunan,
persatuan dan persatuan baik dalam cita-cita, pikiran maupun sikap dalam
menghadapi masalah bangsa dan negara menuju kebahagiaan perdamaian yang kekal.
Kitab suci Rg Veda X.191.sloka 2 dan 3 menyatakan :
”Sam gacchadhvam sam vadadhvam
sam vo manamsi janatam
Deva bhagam yatha purve
Samjanana upasate.”
”Samano mantrah samitih samani
samanam manah saha cittam esam
Samanam mantram abhi mantraye
yah samanena vo havisa juhomi.”
Artinya:
”Wahai manusia, berjalanlah kamu seiring, berbicara bersama dan berfikirlah kearah yang sama, seperti para Deva dahulu membagi tugas mereka, begitulah mestinya engkau menggunakan hakmu.”
”Berkumpullah
bersama berfikir kearah satu tujuan yang sama, seperti yang telah Aku gariskan.
Samakan hatimu dan satukan pikiranmu, agar engkau dapat mencapai tujuan hidup
bersama dan bahagia. “
Selanjutnya
mengenai hubungan manusia dengan alam lingkungan hidupnya (alam semesta ini)
hendaknya dilandasi oleh kesadaran bahwa seluruh alam ini berasal dari Tuhan
dan diberi makan oleh Tuhan Yang Maha Sempurna sebagaimana dinyatakan dalam
Atharwa Veda X.8.29 dengan kalimat : ” Purnat purnam udacati purnanena vasisyate
“. Demikianlah manusia harus menyadari bahwa dirinya merupakan suatu kesatuan
dengan alam semesta ini dalam Tuhan. Kitab Isa Upanisad sloka 6 menyatakan :
”Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupasyati
sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate.”
Artinya:
”Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya (Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu perbedaaan dengan yang lain.”
Simpati dan
kerjasama yang harmonis akan mewujudkan kerukunan sejati dan kedamaian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah alam semesta yang
maha luas ini.
“KAARYAM so’weksyam saktimca, Desakalan
ca tattwatah, Kurute dharma siddhiyartham, Wiswarupam punah
puna”. (Manawa Dharmasastra VII.10)
Artinya:
Setelah mempertimbangkan sepenuhnya maksud dan tujuan
(Iksha), kemampuan (Sakti), nilai suci yang berlaku setempat (Desa), dan waktu
(Kala) untuk mewujudkan kebenaran (Tattwa). Menjadikan dirinya
bermacam-macam wujud untuk mensukseskan tujuan Dharma (dharma siddhiyartha)
itu.
Konsep pemikiran
Hindu tentang kerukunan dan perdamaian ini merupakan refleksi dari ajaran suci
Veda. Apabila konsep tersebut dapat dilaksanakan secara utuh maka hasil akhir
yang dicapai adalah “ANANDAM dan SANTIH “, kebahagiaan dan kedamaian. Hindu
mengajarkan dengan kebhinekaan itu manusia dapat mempercantik kehidupan. Sehingga,
kebinekaan ini harus tetap dijaga dan direkatkan, saling mengisi dan melengkapi
untuk kehidupan yang indah dan harmonis. Sejak dulu para rsi, mpu mengajarkan
walaupun berbeda tetapi tidak ada kebenaran yang mendua. Artinya setiap
perbedaan yang ada jangan dijadikan masalah, yang penting memiliki visi yang
sama untuk kehidupan.
Om Santi Santi
Santi Om..