Selasa, 17 April 2018

Pancasila Dalam Perbuatan ”Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Perspektif Hindu”.



Hindu memiliki 3 kerangka dasar, yaitu Tatwa, Etika dan Upakara/Upacara. Tatwa berarti pengetahuan atau Filsafat agama, Etika adalah tingkah laku yang baik dan Upakara merupakan Ritual Keagamaan Hindu. Ketiga ini merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan, setiap etika dan ritual yang dilakukan oleh Hindu harus sesuai denga Tatwa/Filsafat/Pengetahuan. Begitu juga sebaliknya, Tatwa atau pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya Etika dan Ritual berarti Tatwa itu hanya merupakan suatu angan-angan dan hayalan.

Konsep Ketuhanan yang ada dalam Hindu tertuang dalam Tatwa Kemudian turun dalam ajaran Panca Sradha yang artinya Lima Keyakinan Agama Hindu. Yaitu, Percaya dengan adanya Tuhan/Brahman, Percaya dengan adanya Atman, Percaya dengan adanya Karma Phala, Percaya dengan Reinkarnasi dan percaya dengan adanya Moksa.

Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu adalah Monothisme, artinya hanya memiliki satu Tuhan. tetapi manifestasi dan fungsi Tuhan memiliki banya sebutan. Konsep itu dibuktikan oleh beberapa mantra atau Sloka seperti di bawah ini.


Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadhanti
Tuhan itu satu adanya, oleh orang suci disebutkan dengan berbagai nama
                                            “Reg Weda Madala I Suktha 164 Mantra 46”

Ekam Evam Adityam Brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya
                               “Upanisad, IV.2.1”

Eko Narayanad Na Dwityo Asti Kascit
Narayana itu hanya satu tidak ada duanya, yang  dihormati.
                               “Upanisad, IV.2.1”

Yo nah pita  janita yo nidhata
Dhanani veda bhuwanani visva
Ya dewanam namadha eka eva
Tam samprasnam bhuwana yantyanya

Artinya:
Oh, bapa kami, pencipta kami, pengatur kami yang mengetahui semua keadaan,
Semua yang akan terjadi, Dia tunggal namum memikul nama bermacam-macam dewa.
Kepada-Nya lah yang lain mencari-cari dengan bertanya-tanya
                                                                        (Reg Veda Mandala X Suktha 83 Mantra 3)

Mantra/sloka di atas merupakan bukti kuat yang menyatakan Hindu memiliki Tuhan dan tidak ada duanya, konsep Hindu sangat sejalan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Hindu sangat menjujung tinggi pancasila sebagai dasar negara. Sehingga apapun yang menjadi keputusan dan kebijakan pemerintah, Hindu adalah pendukung garda depan, selama keputusan dan kebijakan yang diambil berdasarkan Pancasila.

Kemudian pengamalan sila pertama perspektif Hindu adalah sebagai berikut:

1. Sradha dan Bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Sradha dan Bhakti disini dimaksud sebagai umat beragama, kita harus yakin dengan adanya Tuhan, keyakinan dengan adanya tuhan bisa kita mantapkan dengan keagungan dan ciptaan Tuhan. Disamping itu, keyakinan terhadap Tuhan bagi Umat Hindu merupakan hal yang mutlak, karena itu merupakan point yang utama dalam Panca Sradha. Kemudian Bhakti disini dimaksud adalah, sebagai umat yang memiliki Tuhan, kita wajib melakukan pengorbanan Suci, baik itu dalam bentuk Sembahyang, Ritual, Perbuatan dan lain sebagainya.

2.    Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama

Sebagai umat beragama yang tinggal di Indonesia, yang mana Indonesia memiliki berbagai SARA, sehingga sudah menjadi kewajiban umat hindu untuk menghormati pemeluk agama lain.

3.    Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah

Kebebasan menjalankan ibadah merupakan haksetiap umat beragama, ini juga diatur dalam UUD 1945 Pasal 28 ayat.2 sehingga setiap warga negara harus menghormati setiap pemeluk agama untuk menjalankan Ibadah.

4.    Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain

Apa yang baik bagi diri kita belum tentu baik bagi orang lain, setiap orang memiliki kesenangan dan keyakinan yang berbeda, sehingga kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang lain. Termasuk memaksa suatu agama ke orang lain.


Bentuk hubungan dan dukungan Umat Hindu dengan Negara yang berdasarkan pancasila adalah sebagai berikut:
  1. Agama Hindu dan Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa
  2. Agama Hindu dan Negara adalah bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
  1. Tidak ada tempat bagi pertetangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar agama.
  1. Tidak ada tempat bagi pemaksa agama karena Sradha dan Bhakti itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga.
  1. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan  agama dalam negara
  2. Segala apek penyelenggaraan negara sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan  Hindu  sangat selaras dengan sila pertama Pancasila. Apapun yang menjadi kebijakan pemerintah dalam bidang keagamaan di Indonesia, Hindu memberikan dukungan penuh dan selalu menghargai pemerintah. Karena dalam Hindu pemerintah merupakan Guru yang patut kita hormati. Mari kita tegagkan dan jaga keutuhan Pancasila, karena Pancasila merupakan pedoman dan dasar negara dalam menentukan program pemerintah. Demikian penjelasan Agama Hindu terhadap pengamalan Pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Senin, 16 April 2018

Mencapai Dharma, Artha, Kama dan Moksa dengan Catur Asrama




Om Swastyastu.. (semoga selalu dalam keadaan sehat dan bahagia)

Catur Asrama adalah 4 jenjang kehidupan manusia yaitu: Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta dan Bhiksuka. Empat jenjang inilah yang menjadi penentu tujuan hgidup manusia. Dalam agama Hindu ada 4 tujuan hidup manusia yang disebut Catur Pusrusa Arta, yaitu Dharma Arta, Kama dan Moksa. Bagaimana kempat tujuan ini bisa dicapai dengan baik? Bisa atau tidak? Jawabanya adalah bisa, karena Hindu memiliki pedoman dan tuntunan kehidupan yang sangat lengkap.

1. Brahmacari

Brahmacari adalah masa menuntut ilmu. Secara umum mulainya menuntut ilmu seseorang adalah umur 5-25 tahun. Namun di dalam kehidupan ini, kita wajib menuntut ilmu setingi-tingginya dan seluas-luasnya. Pada masa ini adalah masa yang paling tepat, karena pada umur ini manusia sangat mudah mudah menerima pengetahuan dan merespon dengan cepat. Ilmu pengetahuan itu sangat penting bagi bekal hidup. Dengan ilmu pengetahuan orang bisa meniti kehidupan dengan baik dan mencapai tujuan. Seperti yang disebutkan dalam Niti Sastra 1.5.

”Sangat disayangkan bila orang kaya tiada mempunyai kepandaian,
biarpun muda, tampan, keturunan bangsawan dan berbadan sehat,
bila tiada pengetahuan mukanya pucat tiada bercahaya,
seperti bunga dapdap, merah menyala namun tiada wangi”

Jika kita maknai ini kitab suci di atas adalah orang harus memiliki pengetahuan yang luas, walaupun orang tersebut sudah kaya, tampan dll. Dengan ilmu pengetahuan inilah orang akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik serta dengan ilmu pengetahuan  inilah pencapaian dharma bisa selalu diusahakan dan dijalani.

2. Grahasta

Grahasta adalah masa berumah tangga atau berkeluarga, tujuan Grahasta adalah untuk meneruskan keturunan, berkeluarga menjalakan Yadnya, kehidupan bermasyarakat serta memenuhi Kama. Dalam masa ini yang menjadi titik berat adalah mencari Artha untuk mencapai Kama. Kama merupakan suatu keinginan, keinginan untuk memiliki keturunan, keinginan untuk hidup bahagia serta keinginan untuk mencapai tujuan. Pada masa merupakan masa bagi orang untuk bekerja untuk mencari Artha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kama tersebut. Karena pada masa ini manusia sedang kuat dan cepat. Seperti dalam Sloka Sarasamuscaya 27 dikatakan:

“Karena prilaku seseorang hendaknya gunakan sebaik-baiknya pada masa muda, selagi badan sedang kuatnya, hendaklah dipergunakan untuk usaha menuntut darma, artha dan ilmu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatan orang tua dengan kekuatan anak muda, contohnya ialah seperti ilalang yang telah tua itu menjadi rebah, dan ujungnya tidak tajam lagi”

Jadi berusaha dan bekerjalah untuk Dharma, Artha dan Ilmu Pengetahuan. Di jenjang inilah ketiga ini mencapai puncaknya. Mendapatkan Artha dengan jalan Dharma yang didasari dengan Ilmu Pengetahuan yang luas.

3. Wanaprastha

Wanaprastha adalah jenjang atau masa mengasingkan diri di hutan. Setelah manusia berhasil melewati jenjang Grahasta, mulailah orang tersebut menarik diri dari hal-hal yang bersifat keduniawian. Dalam konteks kehidupan modern ini jenjang ini bisa dikatakan sebagai mulai mengabdikan dirinya di kegiatan keagamaan seperti Ngayah (berkarma di kegiatan keagamaan). Dengan Ngayah, orang dapat mengembalikan kesucian pikiran. Seperti halnya keluarga Panca Pandawa, setelah kerajaan diberikan oleh anak-anaknya, Pandawa pergi ke hutan untuk mengasingkan diri demi mengembalikan kesucian diri mereka.

4. Bhiksuka

Bhiksuka adalah masa dimana orang sudah sepenuhnya menyerahkan hidupnya untuk Tuhan. Kehidupannya sudah terlepas dari ikatan duniawi dan pengabdian di masyarakat. Dirinya hanya diabdikan untuk Tuhan, setiap saat memuja Tuhan dan menyebut nama suci Tuhan. Pada masa inilah jika orang benar-benar menjalankan jenjang ini dengan baik maka tujuan terakhir yaitu moksa akan dapat dicapai. Karena setiap saat selalu ingat dengan Tuhan. Dengan keadaan seperti itulah orang akan mencapai Moksa (Menyatu dengan Tuhan) Seperti Sloka Bhagawad Gita 8.6.

“Apapun yang diingat dan dipikirkan seseorang pada saat ajal tiba, meninggalkan badan jasmani ini, wahai Arjuna, ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan itu, sebab hal itu terus menerus terserap di dalam pikiran”

Seperti yang tetuang dalam Sloka di atas ini adalah titik terang mengapa orang harus melewati setiap jenjang dengan baik, tak lain adalah untuk mencapai tujuan hidup itu sendiri. Bhiksuka adalah masa atau jejang yang memberikan jaminan Moksa itu bisa dicapai oleh siapapun asalkan melewati dengan baik setiap jenjang kehidupan itu.

Hindu merupakan agama yang memiliki ajaran yang lengkap dan sangat luar biasa, penganutnya diberi diberi kebebasan kemanapun mau melangkah. Oleh karena itu, walaupun kita hidup di zaman Kali Yuga, yakinlah dengan menjalanan dan mengaplikasikan ajaran agama dengan baik, maka senantiasa tujuan hidup akan tercapai dengan baik.

Semoga seluruh mahluk berbahagia, Om Santi Santi Santi Om..