Senin, 22 Mei 2017

KATA-KATA


Semoga selalu sehat dan lindungan Tuhan.

Berpikir yang baik, berkata yang baik dan berbuat yang baik merupakan bagian dari Tri Kaya Parisuda. Ajaran etika ini merupakan ajaran yang sangat sederhana, namun secara tidak sengaja banyak orang yang susah dan sulit melaksanakan ajaran ini. Dari tiga bagian Tri Kaya Parisuda, berkata manjadi bagian yang sangat penting, karena dengan berkata orang bisa menjadi mulya dan juga menjadi menderita. Tutur kata yang baik atau orang yang pintar berbicara positif akan membawa orang tersebut menjadi mulya, tetapi apabila orang sembarangan berkata, mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, maka malapetaka dan deritalah yang akan didapat. Oleh karena itu hindarilah perkataan yang tidak baik.

Dalam kitab Slokantara 60.39 perkataan itu akan menjadi larangan jika:

“Caci makian, bualan kosong, janji-janji palsu, dan nafsu yang tak kenal batas, semua ini harus dihindari oleh orang yang bijaksana. Karena bahaya jika dilakukan”

Sloka di atas mengajak supaya kita selalu hati-hati dan memilah dalam berkata, kata-kata itu sangat berbahaya karena kata-kata melukiskan kepribadian seseorang, bagaimana cara berbicara orang itu akan diketahui apakah orang itu baik atau tidak. Oleh karena itu, selalu berhati-hatilah dalam berkata, ada pepatah mengatakan, Lidahmu, harimaumu, memotong kepalamu artinya, setiap perkataan yang tidak baik baik disadari atau tidak akan membuat orang yang mendengarkan menjadi tersinggung bahkan menjadi terluka hatinya. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika orang tersinggung dan terluka hatinya, maka bahaya yang akan didapat. 

Dalam kitab Nitisastra (V.3) dikatakan:

“Karena kata-kata engka mendapat kebahagian, karena kata-kata engkau menemui ajalmu, karena kata-kata engkau menderita nestapa dan karena kata-kata engkau mendapat kawan”

Jelas sekali, dengan kata-kata kita bisa menjadi baik dan maju, dengan kata-kata pula kita menjadi hancur. Tantangan kita adalah bagaimana kita bisa selalu berkata yang baik dalam situasi apapun, sehingga kata-kata kita menjadi penyejuk hati untuk orang yang mendengarkan perkataan kita. Walaupun sederhana, tetapi juga harus diperhatikan bahwa dalam berkata kita harus mengutamakan aspek etika harus diterapkan, supaya dari kata-kata kita mendapatkan kawan dan kebahagiaan. Contoh: Putu Putrayasa, menulis buku berjudul “Kaya modal Ngobrol” artinya kita harus bisa mengolah dan mengatur perkataan supaya kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi anugerah.

Jadi, mari kita selalu kendalikan dan kelola perkataan kita, berkata adalah hal yang pasti kita lakukan setiap harinya, kita harusnya mencotoh Bapak Putu Putrayasa yang bisa bahagia dengan modal Ngobrol. Kendalikan hawa nafsu dan selalu bersyukurlah, karena dengan demikian kita telah meletakan pondasi untuk menghasilkan perkataan yang menjadi perbuatan baik yang membawa anugerah. Sederhana memang, tetapi apabila kita fungsikan dan gunakan perkataan kita kearah yang baik dan membangun, maka kebahagiaan itu akan dapat kita dapatkan. Lidah lebih tajam daripada pedang, artinya, pergunakanlah ketajaman itu untuk menebas musuh-musuh yang ada, bukan melukai atau menyakiti seorang yang bukan musuh. musuh yang dimaksud dalam hal ini adalah Adharma dan Awidya (Ketidakbenaran dan Ketidaktahuan).


Semoga semua mahluk hidup berbahagia.

Sabtu, 20 Mei 2017

KAMA (NAFSU), Positif dan Negatif nya...

http://hindumy.blogspot.co.id/

Semoga selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan..

Kama artinya keinginan, dalam ajaran Catur Purusa Artha kama merupakan salah satu tujuan dalam menjalani hidup. Kama harus benar-benar menjadi kebahagian bagi manusia, oleh kerena itu tantangan yang paling berat adalah mengendalikan kama itu. Kama dalam Catur Purusa Arta harus dapat dicapai, karena kebutuhan pokok dan keinginan menghibur diri sangat penting utuk dipenuhi. Akan tetapi apabila kita tidak dapat mengontrol dan mengfungsikann kama dengan baik, maka deritalah yang kita dapat nantinya. Karena menuruti kama yang bukan merupakan kebutuhan menjadikan kita lupa diri, sehingga dalam keadaan demikian kita sering melakukan perbuatan yang tidak baik/terpuji.

Dalam ajaran Sad Ripu, kama diberi tempat yang pertama karena kama menjadi akar dari Kroda, Lobha, Mada, Moha dan Matsarya. Oleh karena itu, kama harus benar-benar kita kontrol dan dapat memberikan dampak yang baik bagi kita dan lingkungan. Hendaknya kita adopsi kama sebagai keinginan/motivasi untuk berbuat baik. Itu bisa kita lakukan ketika kita menyadari dan dapat mengontrol diri dari indria-indria yang ada. Kama yang tidak terkontrol akan menjadi musuh bagi banyak orang. Seperti dalam kekawin Ramayana Sargah 4.1 hal 23.

“Raga (Kama) keinginan adalah musuh utama sangat dekat, di dalam diri tempatnya, tidak jauh dari badan”

Kakawin Ramayana menegaskan, kama apabila tidak bisa dikontrol akan menjadi musuh utama, karena kama ini ada dalam badan, maka sangat dekat musuh itu. Bukti lain kama ini sangat berbahaya apabila tidak dikontrol  adalah dalam kitab Sarasamuccaya 427:

“Usahakan benar-benarlah penegndalian pikiran itu, karena jika  pikiran tidak terkendali nafsu (kama) itu akan merajalela, ia kana berkuasa sekehendaknya. Sungguh tidak kepalang jahatnya kehidupan yang demikian namanya, yang pasti mengakibatkan kehancuran. Dan barang siapa yang suka akan yang demikian pasti akan menemui kesedihan”

Musuh yang paling dekat itu akan memngakibatkan kehancuran dan kesedihan apabila tidak bisa dikontrol. Sangat jelas dan tidak bisa disangkal lagi, oleh karena itu kita harus benar-benar dapat mempergunakan dan mengontrol kama ini dengan baik. Dalam kehidupan, kama bisa dapat memberikan 2 dampak bagi kita, yaitu baik dan tidak baik.

Dampak Positifnya adalah, ketika kita bisa mengontrol dan mengendalikan kama itu. Apabila kita menyikapi kama sebagai dorongan dan motivasi, maka kama itu akan membawa kebahagian bagi kita, kama/ keinginan yang kita sikapi dengan positif akan mendorong kita untuk mengejar apa yang kita inginkan. Contohnya keinginan untuk mengejar cita-cita dan keinginan untuk berbuat baik. keinginan kuat mengejar cita-cita menjadikan kita bersemangat untuk mewujudkanya, sehingga kerja keras, kasih dan doa yang akan kita lakukan. Keinginan untuk berbuat baik, menjadikan kita terdorong untuk berbuat baik lebih dan lebih. Sehingga dalam proses itu, kita akan merasa berguna dan bersyukur telah dapat selalu berbuat baik.

Dampak Negatifnya adalah, ketika kita tidak bisa mengontrol Kama itu, maka kama itu akan menjadi musuh, kesedihan dan malapetaka. Kama yang tak terkendali akan menjadikan kita ibarat orang yang tak pernah merasa cukup dan puas dan ketika dalam kondisi demikian, apapun yang ada dan kita miliki tidak bisa kita nikmati dan syukuri. Sehingga kita terjerat ke dalam Asubakarma (perbuatan tidak baik), seperti korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dll.

Kesempatan kita lahir sebagai manusia harus benar-benar kita pergunaan untuk Subhakarma sehingga akan tercipta kebahagian lahir dan batin. Jadi, mari kita kontrol dan kendalikan Kama dengan baik, tempatkan kama sebagai dorongan untuk perbuatan yang positif dan menjadikan kama ini sebagai hal yang harus kita capai untuk kebutuhan hidup yang wajib dipenuhi.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia..



Jumat, 19 Mei 2017

DANA PUNIA, Sattwik Dana, Rajasik Dana atau Tamasik Dana..

gambar: beritabali.com






Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan..

Dalam kehidupan sebagai manusia, tujuan hidup manusia adalah memperbaiki kualitas jiwa atau berbuat baik. Wahana untuk mencapai tujuan jelas dikatakan di Catur Purusa Arta. Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Dharma merupakan bagian yang pailing utama harus diterapkan. Sebab hakekat memperoleh Artha, Kama dan Moksa yang mulya hanya dapat dilakukan dengan jalan Dharma. Pada masa Grahasta, bekeluarga Artha merupakan bagian yang penting, sebab membutuhkan Artha guna memenuhi kebutuhan dan melakukan kewwajiban. Salah satu kewajiban penggunaan Artha adalah Sadhana ri kasiddaning Dharma, artinya Artha dipakai untuk menjalankan Dharma/kewajiban salah satunya adalah Dana Punia. Dengan Artha yang dimiliki, hendaknya manusia wajib hukumnya memberikan Dana Punia. 

Seperti bunyi Sloka Sarasamuccaya 176.

Oleh karena itu, yang harus diperbuat adalah janganlah kikir dalam memberi dana punia. Buatlah usaha untuk amal, pergunakan kekayaan untuk meningkatkan kesejahteraan, karena sesungguhnya, kewibawaan itu tidak akan berhenti menyertai kita apabila karmaphala baik yang menyebabkannya itu belum habis

Jelas salah satu cara untuk memupuk Karma Phala baik adalah dengan cara ber-Dana Punia, tidak hanya mensejahterakan pelaku Dana Punia, tetapi dengan Dana Punia kesejahteraan orang lain dan lingkungan dapat tercipta. Sehingga wajib dan rutin hukumnya kita memberi Dana Punia.
Kemudian pertanyaannya adalah, bagaimana dalam memeberi Dana Punia mendapatkan kualitas pemberian dan pemanfaatan yang baik. 

Dalam Kitab Slokantara ada tingkatan/golongan dalam memberikan Dana.

1. Sattwik Dana (Pemberian Putih) yaitu pemberian yang diberikan pada waktu, pada orang dan pada tempat yang tepat. Dengan tidak ada maksud-maksud lain dibelakang pemberian itu.

2. Rajasik Dana (Pemberian Merah) yaitu pemberian pada waktu, pada orang, pada tempat yang sewajarnya tetapi dengan masud mendapatkan balasan di kemudianya.

3. Tamsik Dana (Pemberian Hitam) yaitu pemberian yang diberikan pada waktu, pada orang dan pada tempat yang tidak sewajarnya, dan ditambah lagi dengan keinginan mendapat balasan di kemudian hari atau diberikan dengan menggerutu, tidak rela hati.

Tingkatan dalam pemberian di atas dapat kita jadikan patokan disaat kita akan memberikan dana sehingga dana yang kita puniakan dapat memberikan kesejahteraan dan manfaat kepada yang membutuhkan. Usahakan selalu dalam memberi, pemberian kita benar-benar tepat, dilandasi dengan ketulusan dan dapat memberikan kesejahteraan dan keadilan. Mari, kita sebagai manusia berlomba-lomba untuk berdana punia. Tugas kita sekarang adalah saling berbagi, saling asah, asih dan asuh dengan yang lain. Berdana punia membuat kita semakin kaya dan menjadi bermanfaat bagi kehidupan ini. Jadi, pergunakanlah dan jadikanlah Artha yang kita miliki sebagai sarana dalam mencapai tujuan hidup, baik hidup di dunia maupun di akhirat.


Semoga semua mahluk hidup berbahagia..

Selasa, 16 Mei 2017

ARTHA, Cara Mendapatkan dan Pemanfaatannya!

Gambar: tkjjunior.blogspot.co.id

semoga kita selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan

Artha/Kekayaan merupakan salah satu bagian dari Catur Purusa Artha. Dalam konteks kehidupan, artha ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan, sebab dengan Artha manusia bisa memenuhi beberapa keinginan/kebutuhan hidup. walaupun demikian, bukan berarti Artha menjadi hal yang paling utama, sebab dalam mengejar Artha, Dharma menjadi patokan atau landasan yang harus perhatikan, bagaimana Artha ini dapat memberikan kebahagiaan, sehingga dalam cara mendapatkan dan penggunaan dilakukan dengan baik. Salah satu alat untuk mencari artha adalah, Dharma, Artha, Kama, Moksa Sariram Sadhanam yang artinya Tubuh ini adalah alat untuk mencari Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Kemudian bagaimana dalam mendapatkan dan menggunakan Artha?

Dalam kitab Sarasamuccaya Sloka.263 sebagai berikut.

“Sebab Artha itu, jika dharma landasan memperolehnya, laba atau untung namanya, sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang memperoleh harta tersebut. Namun, jika harta tersebut diperoleh dengan jalan adharma, maka harta itu akan menjadi noda, hal itu dihindari oleh orang yang berbudi utama, oleh karena itu, janganlah bertindak menyalahi dharma, jika hendak berusaha menuntut sesuatu”

Jelas dan tegas diuraikan di dalam kitab Sarasamuccaya, dalam mencari Artha, Dharma menjadi landasan/dasar. Walaupun Artha itu nantinya akan digunakan dengan baik dan tepat. Tetapi apabila cara mendapatkanya dengan jalan adharma, maka noda atau derita yang diperoleh, baik yang mendapatkannya maupun yang menerima.

Kemudian bagaimana cara pengelolaannya?

      1. Sadhana ri kasiddaning Dharma
Artinya adalah, bagaimana Artha ini digunakan untuk kebutuhan dan menjalankan Dharma, melaksanakan kewajiban-kewajiban hidup, contoh, melakukan Panca Yadnya, berdana punia, menolong orang.

2. Sadhana ri kasiddaning Kama
Artinya, Artha digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mencari kesenangan. Sehingga dalam kehidupan hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar seperti makan, hiburan, sandang papan menjadi penting untuk dipenuhi. Contoh, pergi berlibur, membeli barang yang dibutuhkan dan melalukan kegiatan yang menjadi hobi.

3.  Sadhana ri kasiddaning Arha
Artinya adalah, bagaimana Artha yang didapat atau yang dimiliki dikelola dan dipergunakan untuk mendapatkan Artha kembali. Supaya keberlansungan hidup dapat terpenuhi dengan baik. contoh, Artha digunakan untuk jual beli, investasi, memproduksi barang, deposito dll.

Banyak hal yang dapat dilakukan dengan Artha, tetapi jangan sampai kita gila akan Artha, sebab Artha itu bukan sesuatu yang kekal dan menjadi bekal selamananya di dalam perjalanan hidup manusia. Yang menjadi bekal utama dalam hidup ini adalah Dharma, sebab dengan berpegangan teguh kepada dharma, tujuan-tujuan hidup seperti Artha, Kama dan Moksa dapat tercapai dengan baik. pergunakanlah Artha yang kita miliki dengan baik dan benar, sehingga dengan Artha tersebut kita dapat menambah karma baik yang menjadi modal untuk memperbaiki kualitas jiwa kita. Sehingga tahap demi tahap apa yang menjadi tujuan Agama Hindu yaitu Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma dapat tercapai, yaitu kebebasan, kebahagian, kesejahterahaan di dunia dan di akhirat.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia..

Senin, 15 Mei 2017

4 Jenis Orang Yang Memuja AKU (Tuhan)

Gambar: kompasonline.com

Semoga selalu sehat dan lindungan Tuhan.
.

Dalam keseharian, kita sering dipertemukan dengan hal-hal yang menimbulkan pertanyaan dalam hati dikala kita melaksanakan Yadnya. Sudahkan kita dengan tepat melaksanakan Yadnya? Apa yang menjadi dasar? Tentu jika kita lihat dari ajaran agama, yang dinamakan Yadnya adalah korban suci yang didasari dengan tulus iklas tanpa pamrih. Sembahyang merupakan yadnya yang kita lakukan setiap harinya, 3 kali sehari. Namaun apakah dalam sembahyang kita sudah dilakukan dengan baik??

Kerinduan umat untuk memuja Tuhan, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping itu disebutkan juga ada berbagai macam umat yang hendak melakukan pemujaan kepada Tuhan. Di antaranya pemujaNya itu, semua adalah termasuk orang-orang  yang baik hati. orang-orang yang baik hati melakukan pemujaan dengan cara mempelajari dan mengamalkan ilmu pengetahuan secara baik.

Seperti yang tercantum dalam Sloka Kitab Suci Bhagawad Gita VII.16

“Ada empat macam orang yang baik hati memuja padaKu, Wahai Bharatasabha mereka adalah yang sedang sengsara, yang sedang mengejar ilmu, yang sedang mengejar artha dan orang yang berbudi”

Sloka di atas dapat dimaknai, bahwa berbagai macam orang yang melakukan pemujaan dengan tujuan masing-masing. Terjadi ketimpangan dari arti Yadnya itu sendiri dengan kutipan sloka di atas, namun itulah keanggungan dan kemulyaan Tuhan, walaupun kita tidak secara verbal mengungkapan apa yang menjadi maksud kita, Tuhan telah mengetahui sebelumnya. Sehingga walaupun kita datang dengan keadaan apapun kita tetap diterima dan menjadi pemuja yang baik hati.

Orang yang sedang sengsara merupakan orang yang dalam kondisi kurang baik, butuh bantuan dan dibendung kebingungan. Kenapa bisa terjadi demikian? Tentu karena berbagai macam permasalahan hidup yang dihadapi yang tak kunjung henti. Pada saat inilah orang tersebut memohon petunjuk dari Tuhan untuk tegar menyelesaikan masalah hidup. Sehingga kita temukan orang yang sedang memuja mengadu dengan Tuhan hingga menangis atau dengan wajah yang terlihat menanggung beban yang berat.

Orang yang sedang Mengejar Ilmu merupakan orang yang sedang bersekolah, dalam keseharian contohnya di Pura, sering kita bertemu sesama mahasiswa atau siswa yang sedang melakukan pemujaan pada saat akan menghadapi ujian sekolah atau kampus. Jika kita lihat secara mendalam, bukan karena mereka ingin mendapatkan hasil yang baik, tapi bagaimana orang tersebut memohon restu kepada Tuhan supaya ujian dapat dilalui sengan baik. Sehingga pada saat musim ujian datang banyak mahasiswa/siswa yang datang kepura untuk bersembahyang.

Orang yang sedang mengejar Harta, merupakan orang yang melakukan pemujaan memohon supaya dalam setiap pekerjaan dapat dilalui dan diselesaikan dengan baik. Yang menjadi pengusaha, memohon supaya usaha dapat berjalan dan sukses dan yang sedang mencari pekerjaan memohon supaya mendapat pekerjaan yang baik. Jika ini dilakukan dengan tujuan untuk mensejahterakan keluarga dan untuk berderma tentu inilah yang seharusnya menjadi tujuan. Tetapi jika ini dilakukan untuk memperkaya diri dan gila akan harta, maka hati-hatilah, karena menjadi orang yang seperti ini adalah sangat berbahaya.

Orang yang berbudi, inilah orang yang paling utama dalam melakukan tujuan, orang yang berbudi datang untuk memuja murni karena kecintaan dan rasa syukur kepada Tuhan. Orang yang jenis inilah yang merupakan Satwika Bakti. Satwika Bhakti merupakan pemujaan yang paling utama, selain kecintaan dan rasa syukur yang menjadi dasar, orang tersebut juga tidak lupa mendoakan orang lain atau alam semesta supaya kedamain dan kesajahteran hadir dalam dunia ini. Bukan dalam arti orang yang seperti ini tidak memiliki masalah, butuh ilmu dan butuh artha tetapi mereka secara sadar dapat menyikapi hidup dan bagaimana hakekat hidup sebenarnya. Semoga kita selalu dituntun untuk menjadi pemuja yang berbudi.

Tidak ada yadnya yang tidak baik, tetapi bagaiman dasar ketulusan hati, proses dan cara yang kita lakukan itulah yang menjadi nilai utama dalam beryadnya. Sehingga dalam setiap proses dan cara kita harus selalu berpatokan tatwa dan mengamalkan Ilmu Pengetahuan. Sehingga dengan demikian Yadnya yang kita lakukan menjadi suatu yadnya yang utama, yaitu Satwika Yadnya.


Semoga semua mahluk hidup berbahagia..

Sabtu, 13 Mei 2017

SWADHARMA/KEWAJIBAN




Semoga Selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan..

Swadharma berasal dari dua suku kata, Swa artinya sendiri/diri sendiri sedangkan Dharma artinya benar/wajib/kewajiban. Jadi Swadharma artinya kewajiban diri sendiri. Swadharma kita sebagai manusia adalah berbuat baik guna memperbaiki kwalitas jiwa. Caranya bagaimana? Tentu dengan mengenali diri dulu, sebagai apa kita di dunia? Benar kata sebagian orang, kenali jati diri dengan demikian kita dapat berkarma dengan baik dan fokus dalam satu tujuan.

Di dalam kehidupan ini, kita harus dan wajib memahami dan melaksanakan Swadharma kita masing-masing. Dengan demikian roda kehidupan ini dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan manfaat antara satu dan lainnya. Kefokusan membuat kita dapat dengan baik dan profesional dalam menyelesaikan tugas. Bisa dibayangkan bagaimana pekerjaan ditangani oleh bukan yang ahlinya atau bukan swadharma kita, ngeri dan kekacauan yang akan terjadi serta sangat berbahaya. Misalnya, kita berprofesi sebagia Dosen, kewajiban kita adalah mengajar, penelitian dan pengabdian (Tri Dharma Perguruan Tinggi) tetapi apabila kita sebagai Dosen menegrjakana pekerjaan seorang dokter, apa yang terjadi? sangat berbahaya, bisa-bisa nyawa orang melayang.

Seperti Sloka Bhagawad Gita III.35.
“Lebih baik melaksanakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada kewajiban orang lain walaupun baik cara melaksanakannya, lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya”

Harus kita sadari betul makna sloka di atas, walaupun sempurna dan baik dalam melaksanakan kewajiban orang lain adalah sesungguhnya berbahaya bagi dri sendiri, orang lain dan lingkungan. kita ambil saja contoh:

Seorang yang bukan tugasnya sebagai sopir, tetapi dia mencoba mencoba menyopir kendaraan, apa yang terjadi? Jelas, karena dia bukan sopir, mungkin bisa terjadi kecelakaan, karena tidak bisa menguasai kendaraan dan medan yang dilaluinya. Contoh lain lagi yang biasa terjadi dalam kehidupan kita, seorang mahasiswa yang mana kewajibannya adalah belajar, tapi mencoba untuk melaksanakan atau melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang ayah atau kepala keluarga, apa yang terjadi? Oke, mungkin bisa saja dia berhasil melaksanakan tugas seorang ayah atau kepala keluarga, tapi bagaimana dengan perkembangan pendidikannya? Lambat atau bahkan tidak terselesaikan pendidikannya.

Dalam ajaran agama Hindu, Catur Warna merupakan pedoman dalam melaksanakan kewajiban kita, jangan sampai semua tercampur-aduk dan terdapat ketimpangan. Seorang Brahmana yang bertugas sebagai Pemimpin upacara atau Mendidik dibidang keagamaan harus betul-betul berada dalam garis itu. Seorang kesatrya yang berprofesi sebagia pengaman atau pengelola roda pemerintahan sudah sewajibnya fokus dalam roda kepemerintahan untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan dan keamanan bagi warganya. Seorang Waisya bertugas sebagai menjalankan roda ekonomi dan perdaganngan, fokus dalam ekonomi dan Golongan Sudra berprofesi sebagai Pelayan, sudah sepatutnya melakukan pelayanan yang baik. Ibarat tubuh ini, Kepala sebagai Brahmana, Panca Indra kita sebagai Kesatrya, perut dan organ tubuh sebagai Waisya dan tangan kaki sebagai Sudra, semua itu saling melengkapi.

Untuk itu, mari kita bekerja sesuai dengan swadharma kita agar semua lini kehidupan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat tercipta keharmonisan dan kesejahteraan bagi kita semua. Kita dukung dan sukseskan program-program pemerintah sehingga pemerintah dapat fokus membangun negeri ini.


Semoga semua mahluk hidup berbahagia..

Jumat, 12 Mei 2017

Purnama dan Tilem, Sembahyang Sendiri VS Sembahyang Bersama




Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan..

Saya menjadi termotivasi menulis setelah melihat kenyataan yang terjadi setiap persembahyangan Purnama dan Tilem di Pura Jagadnatha Banguntopo, bagaimana sebagian orang dengan mudahnya dan pede yang seolah-olah seperti orang yang paling penting dan super sibuk sehingga orang-orang tersebut terkesan tidak sempat mengikuti persembahyangan secara bersama yang dipimpin oleh Pinadita/Wasi. Tahukah mereka jika pada saat seperti itu ketidak-beruntungan yang sangat besar yang sebenarnya telah mereka lakukan/dapat?? Namun sebelum kita bahas itu, mari kita memahami apa itu, Purnama, Tilem, sembahyang bersama dan sembahyang sendiri.

Purnama merupakan Hari suci umat Hindu yang datang setiap 29/30 hari sekali, bulan purnama merupakan bulan sempurna. Pada saat Purnama, Sang Hyang Candra melakukan meditasi, pada saat itulah Ida Sang Hyang Widi menurunkan kesucian dan Anugerah yang luar biasa bagi pemujanya. Hendaknya pada saat Purnama umat bersama-sama melakukan persembahyangan dan mengikuti rangkaian Upacara guna memohon Kesucian dan Anugerah sehingga dapat terciptanya keharmonisan.

Tilem merupakan Hari suci Umat Hindu yang datang setiap 29/30 hari sekali, Tilem merupakan bulan mati atau gelap. Pada saat Tilem, Sang Hyang Surya melakukan meditasi, sehingga pada saat ini merupakan moment yang baik untuk melakukan sembahyang secara bersama untuk intropeksi diri, melebur mala dalam diri dan memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widi.

Sembahyang bersama merupakan sembahyang secara bersama-sama, banyak orang yang dipimpin oleh Pinandita, dengan sembahyang secara bersama-sama, dapat memberikan Vibrasi energi positif dan kekuatan spiritual yang sangat dasyat. Karena ketika kita mengucapkan kata Om secara bersamaan, maka Vibrasinya membuat Semesta ini memberikan Anugerah yang luar biasa kepada kita semua, dan secara tidak langsung kita telah saling mendoakan antara satu dan yang lainnya, sehingga keharmonisan dan kebahagiaan dapat tercipta dalam diri.

Sembahyang Sendiri adalah sembahyang yang dilakukan secara individu, tidak mengikuti rangkaian upacara yang dipimpin oleh Pinandita. Sungguh malang sekali orang atau keluarga tersebut apabila tidak sempat melakukan persembahyangan yang dipimpin oleh Pinandita. Selain mereka tidak mendapatkan Vibrasi positif yang kuat, mereka juga tidak akan mendapatkan keharmonisan dan kebahagian dari orang lain. Dan parahnya lagi adalah persembahyangan Purnama dan Tilem mereka tidak ada bedanya dengan mereka melakukan persembahyangan sehari-hari dikarenakan Rangkaian upacara dan permohonan Tirta Wangsupada (Tirta Penuh Anugerah dan Doa) belum dilaksanakan oleh Pemangku/Pinandita/Wasi.

Para pendahulu kita membangun Pura tujuan yang pailing utama adalah bagaimana kita berkumpul, bersama-sama melakukan pemujaan dan berinteraksi sosial dengan yang lainnya. Terutama dalam Purnama dan Tilem sangat penting, kenapa penting? dalam kitab Sundarigama dijelaskan:
“Ada hari-hari utama penyenggaraan upacara persembahyangan sejak dulu sangat tinggi nilai keutamaannya yaitu Hari Purnama dan Tilem. Pada hari Purnama, bertepatan dengan Sang Hyang Candra beryoga dan pada hari Tilem Sang Hyang Surya beryoga memohon keselamatan kepada Hyang Widi. Pada hari suci demikian itu, seyogyanya kita para Rohaniawan dan semua umat manusia menyucikan diri lahir dan batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan Yadnya kepada Hyang Widi”
Sangat jelas, dan teramat jelas ditulis di Kitab Hindu, bahwa kita wajib melaksnakan Persembahyangan Purnama dan Tilem. oleh karena intu, kita wajib melaksanakan sembahyang Purnama dan Tilem.

Kemudian pertanyaan nya adalah, apakah wajib pula kita melaksanakan persembahyangan secara bersama-sama dan mengikuti rangkaian upacara yang dipimpin oleh Pinandita? Ya, dan sangat Wajib!!

1. Pada saat kita melakukan pesembahyangan secara bersama-sama dan mengikuti rangkaian, banyak anugerah yang kita dapat. Dalam rangkaian upacara yang dilakukan secara teratur, pada saat Pinandita mengaturkan Yadnya suara mantra, genta dan kidung yang mengiringi sebagai penghantar kita melakukan Sujud Bhakti kehadapan Hyang Widi dan memberikan kedamian, kesejukan hati kepada kita. Pada saat itu, Tirta Wangsupada dimohon dan Hyang Widi menurunkan anugerah dan kebahagiaan kepada umatnya. Inilah yang menjadi Keistimewaan melakukan pesembahyangan yang dipimpin oleh Pinandita. Selain itu, pada saat pembacaan Sloka dan Dharma Wacana dapat memberikan kita pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dalam beragama.

2. Dalam kitab Reg Weda X.191.3
“Berkumpulah bersama, berpikir ke arah satu tujuan yang sama, seperti yang telah AKU gariskan. Samakan hatimu dan satukan pikiran, agar engkau dapat mencapai tujuann hidup bersama dan bahagia”
Tidak dapat disangsikan lagi, segala sesuatu yang dilakukan secara bersama merupakan hal yang lebih baik, ketika kita menyatukan tujuan, maka kita mudah untuk mencapai keharmonisan dan kesejahteraan bersama. Terutama dalam melakukann Ritual. Oleh karena itu, mari kita selalu berjalan bersama dan langkahkan kaki seiring.

Kita lahir sebagai manusia merupakan anugerah yang utama, pergunakannlah kelahiran ini untuk mengumpulkan pundi-pundi kebaikkan dan berbagi kepada sesama. Persembahyangan secara bersama-sama secara tidak langsung telah mendoakan seluruh isi alam semesta dan memnciptakan keharmonisan bagi diri, orang lain dan alam semesta. persembahyangan Purnama dan Tilem bukan hanya hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga yang tak kalah pentingnya adalah hubungan kita dengan orang lain dan lingkungan dapat terjalin dan harmonis.

Well, sempatkan waktu kita untuk hari yang sangat mulya dan istimewa Purnama dan Tilem untuk sembahyang bersama-sama. Jadikan moment itu menjadi bagian yang terpenting dalam melakukan pemujaan kepada Hyang Widi dan jalin interaksi sosial dengan masyarakat dan umat sehingga kita dapat saling Asah, Asih dan Asuh sehingga Wasudaiwaya Kutumbhakam, Tat Twam Asih dan Hita Karana dapat kita Aplikasikan.

Semoga semua Mahluk Berbahagia.. Santi....

Rabu, 10 Mei 2017

Dharma: Tempat Kebahagiaan Tertinggi


Sumber Gambar: Dharmapublising.com

Semoga selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan.

Masih Dharma itu memberikan jaminan di Zaman kali yuga ini? Seperti yang kita lihat dalam kenyataan ini, ambil saja contoh kasus dugaan penistaan agama oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Walaupun Jaksa mengatakan tidak dapat dibuktikan yang kuat secara hukum Pak Ahok bersalah, tetapi mengapa justru Hakim memvonis Pak Ahok 2 Tahun Penjara? Memang kesan vonis tersebut terlihat dipaksakan, apa sebab?? Kita tunggu waktu yang membuktikan semua kebenaran ini.

Pak Ahok merupakan Putra Bangsa yang dengan berjiwa besar menerima ketidakadilan ini. Banyak yang menyalahkan dan banyak pula yang membela, tetapi Pak Ahok menyadari betul apa yang diperbuat itu benar dan percaya Tuhan pasti menyelamatkan orang-orang yang berada di Jalan Dharma. Kisah ini terulang ketika Pandawa kalah dalam permainan dadu dengan Korawa, walaupun banyak yang mengetahui bahwa Kemenangan Korawa penuh dengan kelicikan. Pandawapun harus menerima kekalahan tersebut dengan hukuman diasingkan di hutan selama 12 tahun. Kita semua tahu bagaimana cerita Mahabarata, setelah Pandawa selesai menjalani pengasingan, Pandawa kembali dengan kepala tegap untuk menegakkan Dhrama dan Keadilan. Dan pada akhirnya Pandawa dapat mengalahkan Korawa sehingga kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan. Mungkinkah Sosok Pak Ahok menjadi Pandawa Indonesia? Saya berharap demikian, dan semoga saja demikian.  

Seperti Sloka Sarasamuccaya, 13, “Orang-orang memuji orang yang melaksanakan dharma, mereka tidak memuji orang berharta atau orang yang sedang mabuk asmara. Orang sedikit mungkin mendapatkan kebahagiaan pada harta, namun dalam dharma orang mendapatkan kebahagiaan yang tertinggi”

Pak Basuki walaupun dovonis hukuman 2 tahun penjara, tetapi cinta masyarakat tidak surut sedikitpun dan seluruh lapisan masyarakat memuji beliau. Itu adalah merupakan bukti bagaimana dharma itu berperan secara nyata. Walupun saat ini kita berada dalam zaman yang mana porsi orang yang berada di jalan Adharma lebih banyak. Pak Ahok merupakan contoh bagi semua orang, bagaimana pengorbanan dalam menegaknan Dharma dengan cara yang mulya dan menyelamatkan masyarakat dan bangsa Indonesia. Pendukung Pak Ahok boleh saja sedih, tetapi saya yakin Pak Ahok berada dalam Kemulyaan dan kebahagiaan tertinggi.

Kemudian Apakah Dharma masih memberi jaminan?? pertanyaan dapat dijawab dengan sloka Bhagawad Gita. IV.7-8 yang bunyinya:

“Manakala dhrama berkurang kekuasaannya dan tirani/adharma hendak merajalela, wahai arjuna pada saat itu Aku ciptakan diri. Untuk menyelamatkan orang-orang yang baik dan memusnakan orang-orang yang jahat, Aku lahir ke dunia dari masa ke masa untuk menegagkan dharma”

Sloka di atas menjadi jaminan kepada semua umat untuk tetap berada di jalan dharma. Kita sebagai manusia hendaknya selalu sadar bagaimana hakikat dharma itu, kita lahir sebagai manusia merupakan anugerah yang sangat luar biasa, karena manusia merupakan  mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan dapat secara baik membedakan mana perbuatan yang baik dan tidak baik, Subha dan Asubha karma. Oleh karena itu, mari kita bepegangan teguh dan melaksanakan Dharma dalam kehidupan, supaya kualitas jiwa yang ada di diri ini dapat meningkat dan mencapai sumbernya. Dharma Agama dan Dharma Negara merupak 2 hal penting yang dapat menciptakan kehidupan yang Adil, Sejahtera dan Damai. Mari kita kembali ke Swadharma masing-masing agar roda kehidupan ini dapat berjalan dengan baik dan kita semua dapat mencapai kebahagiaan tertinggi.


Semoga semua mahluk hidup berbahagia.

Selasa, 09 Mei 2017

Dharma Agama dan Dharma Negara



Dharma Agama dan Dharma Negara!
Utamakan/Usahakan Dharma dalam Memimpin Negara/Hidup ini..
Hendaknya seorang yang bijaksana menjadi contoh/panutan..
Bukanlah Harta, Nafsu dan Kemansyuran yang menjadi tujuan utama..
Seorang yang Bijaksana/Berhasil adalah mereka yang paham betul akan Hakikat Dharma.
(Ramayana.II.Sargah24.81)

Dari arti kekawin di atas, kita sebagai manusia harus mamahami betul hakikat Dharma.. Dharma Agama dan Dharma Negara menjadi patokan bagaimana seseorang tersebut berhasil dalam menjalani kehidupan ini.. seorang manusia/warga negara tidak cukup hanya mentaati Dharma Agama saja. Untuk menciptakan keharmonisan dan keadilan yang menyeluruh, maka kita harus menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara..
Dharma Agama merupakan kewajiban kita untuk menjalankan dan patuh terhadap ajaran-ajaran agama. Agama merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dan mencapai kebahagiaan. Dengan Agama seorang dapat tumbuh menjadi manusia yang sejati.
Bagaimana dengan Dharma Negara???
Negara Indonesia yang memiliki berbagai Ras, Agama, Suku, Golongan dan Ribuan Budaya. Para pendiri bangsa ini telah menyusun dan mempertimbangkan banyak hal untuk keutuhan Bangsa Indinesia Sehingga terciptalah 4 Pilar Bangsa..
1. PANCASILA
2. BHINEKA TUNGGAL IKA
3. UUD 1945
4. NKRI

Keempat itu merupakan pilar dasar negara Indonesia. sehingga kita sebagai warga negara yang baik harus senantiasa patuh dan menjunjung tinggi 4 pilar tersebut untuk menciptakan keadilan yang menyeluruh.
Selain Patuh dan Tunduk pada 4 Pilar Negara Indonesia, kita sebagai warga negara yang baik juga harus patuh dan hormat kepada para pemimpin bangsa ini, kita harus dukung penuh setiap program pemerintah. Kita harus satu garis komando dengan pemerintah untuk membangun Negara ini, karena pemerintah merupakan Pemimpim, Guru yang patut dihormati dan digugu.
Itula yang disebut sebagai Dharma Negara kita sebagai manusia..
Dharma Agama dan Dharma Negaara Menjadi adalah dua bagian penting dalam kehidupan ini. Ibarat Manusia, Dharma Agama merupakan Jiwa dan Dharma Negara merupakan Tubuh ini. Kita harus rawat dan jalankan kedua Dharma ini agar terciptanya keseimbangan. Sehingga kita bisa benar-benar dapat mengfungsikan 2 Dharma ini dengan baik
Saudara-Saudaraku sebangsa dan setanah air, mari kita satukan tekad untuk membangun negara ini demi terciptanya keadilan yang menyeluruh.. keberhasilan seseorang terlihat bagaimana orang tersebut melakukan kewajibannya dengan baik, tepat tetapi juga harus sejalan dengan Dharma Agama dan Dharma Negara.
Semoga Indonesia semakin Jaya, Sejahtera dan Adil..