Sabtu, 13 Mei 2017

SWADHARMA/KEWAJIBAN




Semoga Selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan..

Swadharma berasal dari dua suku kata, Swa artinya sendiri/diri sendiri sedangkan Dharma artinya benar/wajib/kewajiban. Jadi Swadharma artinya kewajiban diri sendiri. Swadharma kita sebagai manusia adalah berbuat baik guna memperbaiki kwalitas jiwa. Caranya bagaimana? Tentu dengan mengenali diri dulu, sebagai apa kita di dunia? Benar kata sebagian orang, kenali jati diri dengan demikian kita dapat berkarma dengan baik dan fokus dalam satu tujuan.

Di dalam kehidupan ini, kita harus dan wajib memahami dan melaksanakan Swadharma kita masing-masing. Dengan demikian roda kehidupan ini dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan manfaat antara satu dan lainnya. Kefokusan membuat kita dapat dengan baik dan profesional dalam menyelesaikan tugas. Bisa dibayangkan bagaimana pekerjaan ditangani oleh bukan yang ahlinya atau bukan swadharma kita, ngeri dan kekacauan yang akan terjadi serta sangat berbahaya. Misalnya, kita berprofesi sebagia Dosen, kewajiban kita adalah mengajar, penelitian dan pengabdian (Tri Dharma Perguruan Tinggi) tetapi apabila kita sebagai Dosen menegrjakana pekerjaan seorang dokter, apa yang terjadi? sangat berbahaya, bisa-bisa nyawa orang melayang.

Seperti Sloka Bhagawad Gita III.35.
“Lebih baik melaksanakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada kewajiban orang lain walaupun baik cara melaksanakannya, lebih baik mati dalam tugas sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya”

Harus kita sadari betul makna sloka di atas, walaupun sempurna dan baik dalam melaksanakan kewajiban orang lain adalah sesungguhnya berbahaya bagi dri sendiri, orang lain dan lingkungan. kita ambil saja contoh:

Seorang yang bukan tugasnya sebagai sopir, tetapi dia mencoba mencoba menyopir kendaraan, apa yang terjadi? Jelas, karena dia bukan sopir, mungkin bisa terjadi kecelakaan, karena tidak bisa menguasai kendaraan dan medan yang dilaluinya. Contoh lain lagi yang biasa terjadi dalam kehidupan kita, seorang mahasiswa yang mana kewajibannya adalah belajar, tapi mencoba untuk melaksanakan atau melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang ayah atau kepala keluarga, apa yang terjadi? Oke, mungkin bisa saja dia berhasil melaksanakan tugas seorang ayah atau kepala keluarga, tapi bagaimana dengan perkembangan pendidikannya? Lambat atau bahkan tidak terselesaikan pendidikannya.

Dalam ajaran agama Hindu, Catur Warna merupakan pedoman dalam melaksanakan kewajiban kita, jangan sampai semua tercampur-aduk dan terdapat ketimpangan. Seorang Brahmana yang bertugas sebagai Pemimpin upacara atau Mendidik dibidang keagamaan harus betul-betul berada dalam garis itu. Seorang kesatrya yang berprofesi sebagia pengaman atau pengelola roda pemerintahan sudah sewajibnya fokus dalam roda kepemerintahan untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan dan keamanan bagi warganya. Seorang Waisya bertugas sebagai menjalankan roda ekonomi dan perdaganngan, fokus dalam ekonomi dan Golongan Sudra berprofesi sebagai Pelayan, sudah sepatutnya melakukan pelayanan yang baik. Ibarat tubuh ini, Kepala sebagai Brahmana, Panca Indra kita sebagai Kesatrya, perut dan organ tubuh sebagai Waisya dan tangan kaki sebagai Sudra, semua itu saling melengkapi.

Untuk itu, mari kita bekerja sesuai dengan swadharma kita agar semua lini kehidupan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat tercipta keharmonisan dan kesejahteraan bagi kita semua. Kita dukung dan sukseskan program-program pemerintah sehingga pemerintah dapat fokus membangun negeri ini.


Semoga semua mahluk hidup berbahagia..

3 komentar:

  1. Makasih bli, yang mau selalu menasehati bukan menyalahkan dan memusuhi 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  2. Kenapa sekolah yang mayoritas hindu diberi nama contoh sma swadharma??

    BalasHapus
  3. terima kasih gan.....🙏🙏🙏

    BalasHapus