Jumat, 13 Januari 2017

SEMAKIN BERSYUKUR=SEMAKIN BAHAGIA

Oleh: I Nyoman Santiawan


Dengan MELIHAT, aku TAHU
Dengan MENDENGAR, aku MENGERTI
Dengan MENJALANI, aku PAHAM
Dengan BERSYUKUR aku BAHAGIA

Semoga selalu sehat dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya,"Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?" Si sopir menjawab, "Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?".Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan".

Cerita di atas mengajarkan kita bagaimana kita selalu mensyukuri apa yang kita lihat, rasakan dan dapatkan dalam Hidup ini. Dengan demikian kita dapat memuali suatu kegiatan penuh dengan kebahagian dan menyukai apa yang akan kita lakukan.

Dalam Susastra Suci Weda, Sarasamuscaya memngajarkan bagaimana kita menjalani hidup, apa saja yang harus kita lakukan supaya hidup kita bisa selalu mencapai kebahagian. Seperti kutipan Sloka di bawah:

"Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati, sekalipun hidup mu tidak makmur dilahirkan menjadi manusia, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun." (Sarasamuscaya sloka 3)

Setiap orang terbelenggu oleh dualita kehidupan yaitu; Janma – Mrtyu (kelahiran dan Kematian), Jara – Wyadhi (usia tua dan penyakit ), Sukha – Duhka (Kebahagiaan dan Kesengsaraan). Kelahiran sebagai manusia sesungguhnya sangat teramat sulit, karena diantara semua mahluk hidup hanya manusia yang memiliki kemampuan untuk membedakan dualitas kehidupan yang disebut dengan Citta dan Klesa (Positif dan Negatif). Setiap kelahiran pasti terminalnya adalah kematian, kelahiran dan kehidupan manusia terus berputar seiring dengan perjalanan sang waktu. Saat menjalani roda kehidupan pada kondisi dan situasi yang berbeda-beda, tak seorangpun mampu menghindari kondisi tersebut, umur pendek, umur panjang, usia tua dan penyakit, dengan berbagai pengalamannya kesenangan ataupun penderitaan menghampiri silih berganti.

Seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Jiwa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan Jiwa ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun, dia harus bisa bahagia. Bagaimana cara merawat Jiwa kita, salah satunya adalah dengan seringlah mengucapkan nama Suci Tuhan seperti berjapa dan Sembahyang. Sembahyang merupakan salah satu sujut bhakti kita dalam menyampaikan rasa Syukur. Kenapa Syukur/Bersyukur? Karena kunci kebahagiaan adalah bersyukur!. Iya, Bersyukur adalah hal yang membuat kita bahagia, Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah Jiwa, karena dengan Jiwa, badan dan pikiran ini dapat menjalankan segala tujuan Hidup, salah satunya adalah hidup bahagia di alam ini. Dan syukur itu bisa selalu kita hadirkan, dengan cara tidak mengeluh dan dengan tidak meminta (menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia.

Bagi mereka yang telah memiliki keyakinan dan kebijaksanaan serta keluhuran budi secara mantap, akan selalu mensyukuri segala dualitas yang menimpa dirinya, karena mereka sadar bahwa apapun yang ada pada diri kita tidak ada yang kekal, semua satu persatu atau bersama-sama akan pergi berpisah dengan diri kita. Kemudaan dan ketampanan serta kecantikan lambat laun akan surut perlahan-lahan meninggalkan diri kita. Kekayaan, jabatan, kepandaian lambat laun juga akan kita tinggalkan cepat atau lambat. Sesuatu yang dimiliki di luar diri kita seperti: istri yang baik dan cantik, suami yang tampan dan beratnggungjawab, anak-anak yang taat pada orang tua, ayah ibu yang bijaksana, keluarga, sahabat, pimpinan yang memperhatikan kesejahteraan anak buah, guru dan dosen yang dikagumi, pendeta yang suci, semuanya akan meninggalkan diri kita.

Seseorang yang rajin sembahyang akan tumbuh rasa dekat dengan Tuhan. Rasa dekat dengan Tuhan meringankan rasa penderitaan yang kita alami. Rasa dekat dengan Tuhan juga dapat menentramkan jiwa. Manusia yang berjiwa tentram akan menjadi insan manusia yang penuh inovatif, kreatif dan produktif serta hidup bergairah. Hidup di dunia ini akan dirasakan sangat indah, nikmat dan semarak sebagai tempat berkarma yang baik untuk meningkatkan kualitas diri. Hidup yang kurang baik justru sebagai motivasi dan sekaligus dijadikan tantangan untuk maju merubah keadaan menjadi lebih baik dan itulah letak kepuasan dan kebahagiaannya.

Sebaliknya seorang yang merasa tidak dekat dengan Tuhan terlebih lagi tidak mengetahui hakekat tujuan hidupnya, seluruh hidupnya dihabiskan untuk mengejar harta, pangkat, kedudukan, dan status sosial. Suatu kegagalan dalam mengejar kesenangan duniawi, dia berpendapat disebabkan oleh orang lain, demikian juga bilamana menderita sakit serius disebabkan kena ilmu santet dan sebagainya. Usaha mengejar harta yang terlalu berlebihan dan menimbun sebanyak-banyaknya hingga lupa waktu untuk mengisi jiwa dengan ajaran agama. Ketidakseimbangan antara jasmani dan rohani ini menjadi penyebab kegalauan pikiran. Kehilangan sesuatu yang sangat berharga baik yang ada pada dirinya maupun diluar dirinya semakin menambah banyak permasalahan sosial maupun individu sehingga memunculkan penyakit-penyakit pikiran dan beban mental. Penyakit-penyakit pikiran dan beban mental yang tidak dapat dikendalikan akhirnya menjadi stress dan frustasi. Stress menurut Selye sebagaimana dikutip oleh Krishna (2003 : 15 ) adalah seseorang yang memiliki tuntutan beban yang berat dan tidak mampu mengendalikannya sehingga mengganggu sistem kerja organ tubuh dan tidak lagi mampu menjalankan fungsi pekerjaan dengan baik dan berdampak pada kejiwaannya.

Kondisi kejiwaan seseorang yang disebut stress dan frustasi seringkali melampiaskan keinginannya mengkonsumsi narkoba untuk mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan sesaat yang menyesatkan atau bahkan melakukan bunuh diri. Usaha bunuh diri sangat ditentang oleh ajaran Hindu, hal ini tercermin dalam Yajur Weda 40.3 : ” Orang yang bunuh diri, mereka pergi ke Asura loka yang penuh dengan kegelapan ”.Bagaimanapun rasa putus asa yang disebabkan oleh konflik-konflik di dalam diri sangatlah dilarang. Oleh karena itu kembalilah ke jalan Tuhan, dekatkan diri, mohon perlindungan dan tuntunanNya agar bagaimanapun kenyataan hidup yang kita terima dan kita hadapi senantiasa mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, karena dengan ucapan itu akan mengurangi rasa kecewa dan meringankan beban penderitaan.**

Konsep Hindu mengharuskan manusia selama hidupnya untuk senantiasa berusaha dan berjuang tetapi Tuhanlah yang menentukannya. Apapun yang merupakan kenyataan atas kerja kita itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan.

Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia dan menderitalah orang yang tidak bersyukur tersebut.

Ada cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''

Semoga seluruh isi alam semesta ini hidup behagia dan sejahtera...
Damai, damai, damai selalu dimana-mana..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar