Jumat, 13 Juli 2018

Kebhinekaan dan Kerukunan Menurut Hindu



Om Swastyastu.

Kebhinekaan dan Kerukunan dalam ajaran Hindu menjadi titik penting dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dan hubungan yang baik dengan orang lain. Kebhinekaan artinya keberagaman dan kerukunan artinya harmonis. Dengan kebhinekkaan ini, kita wajib menciptakan kerukunan. Di Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan, suku, pulau, golongan dan Agama tetapi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh membentuk NKRI.

Menurut pengertian Veda pada hakikatnya merupakan bagian dari manusia lainnya, tak terpisahkan dari seluruh ciptaan Tuhan ( Sang Hyang Widi Wasa ), penguasa dan penakdir segala ciptaan-Nya di alam semesta ini. Manusia Hindu tidak dapat memisahkan dirinya untuk sebuah perbedaan, karena ia berasal dari yang satu, serta pada akhirnya akan kembali kepada yang satu jua.

Demikianlah di dalam pustaka suci Veda dinyatakan sebuah kalimat: ”TAT TVAM ASI” yang bermakna:  ”Itu adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku, dan seterusnya. ”Bahwa setiap manusia adalah saudara dari manusia lainnya dan teman dari insan ciptaan-Nya. Sesanti ‘Tat Tvam Asi‘ ini menjadi landasan etik dan moral bagi umat Hindu di dalam menjalani hidupnya sehingga ia dapat melaksanakan kewajibannya di dunia ini dengan harmonis.

Dalam rangka meningkatkan kerukunan hidup menuju kehidupan beragama dan bernegara, maka ajaran Tri Hita Karana harus diamalkan dalam kehidupan sehari – hari secara nyata, yang meliputi :

1. Hubungan manusia dengan Sang Pencipta dalam wujud bhakti yang murni.
2. Hubungan manusia dengan sesama warga negara dan atau sesama umat manusia dalam wujud   kebersamaan / persatuan sejati. 
3. Hubungan manusia dengan lingkungan secara harmoni.

Hubungan manusia dengan Tuhan hendaknya dilandasi oleh kesadaran bahwa ”Tuhan adalah kebenaran pengetahuan yang tak terbatas (Sat Citta Ananda Brahman) dan Ia adalah dari mana semua ini berasal (Janmadhyasyah yatah)”, sebagaimana diungkapkan di dalam kitab Maha Nirvana Tantra dan Brahma Sutra I.1.2. sehubungan dengan itu terdapat dua buah sloka yang menarik di dalam kitab suci Bhagawad Gita pada adhyaya XVIII.65 yang berbunyi :

Man-mana bhava mad-bhakto
mad-yaji mam namaskuru,
mam evaisyasi satyam te
pratijane priyo si me.”

Artinya:

Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku bersujud pada-Ku, sembahlah Aku
engkau akan tiba pada-Ku, Aku berjanji setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi.

Hubungan manusia dengan sesama manusia/warga bangsa hendaknya mengarah kepada kerukunan, persatuan dan persatuan baik dalam cita-cita, pikiran maupun sikap dalam menghadapi masalah bangsa dan negara menuju kebahagiaan perdamaian yang kekal. Kitab suci Rg Veda X.191.sloka 2 dan 3 menyatakan :

Sam gacchadhvam sam vadadhvam
sam vo manamsi janatam
Deva bhagam yatha purve
Samjanana upasate.”

Samano mantrah samitih samani
samanam manah saha cittam esam
Samanam mantram abhi mantraye
yah samanena vo havisa juhomi.”

Artinya:

”Wahai manusia, berjalanlah kamu seiring, berbicara bersama dan berfikirlah kearah yang sama, seperti para Deva dahulu membagi tugas mereka, begitulah mestinya engkau menggunakan hakmu.”

”Berkumpullah bersama berfikir kearah satu tujuan yang sama, seperti yang telah Aku gariskan. Samakan hatimu dan satukan pikiranmu, agar engkau dapat mencapai tujuan hidup bersama dan bahagia. “

Selanjutnya mengenai hubungan manusia dengan alam lingkungan hidupnya (alam semesta ini) hendaknya dilandasi oleh kesadaran bahwa seluruh alam ini berasal dari Tuhan dan diberi makan oleh Tuhan Yang Maha Sempurna sebagaimana dinyatakan dalam Atharwa Veda X.8.29 dengan kalimat : ” Purnat purnam udacati purnanena vasisyate “. Demikianlah manusia harus menyadari bahwa dirinya merupakan suatu kesatuan dengan alam semesta ini dalam Tuhan. Kitab Isa Upanisad sloka 6 menyatakan :

Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupasyati
sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate.”

Artinya:

”Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya (Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu perbedaaan dengan yang lain.”

Simpati dan kerjasama yang harmonis akan mewujudkan kerukunan sejati dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah alam semesta yang maha luas ini.
KAARYAM so’weksyam saktimca, Desakalan ca tattwatah, Kurute dharma siddhiyartham, Wiswarupam punah puna”. (Manawa Dharmasastra VII.10)

Artinya:

Setelah mempertimbangkan sepenuhnya maksud dan tujuan (Iksha), kemampuan (Sakti), nilai suci yang berlaku setempat (Desa), dan waktu (Kala) untuk mewujudkan  kebenaran (Tattwa). Menjadikan dirinya bermacam-macam wujud untuk mensukseskan tujuan Dharma (dharma siddhiyartha) itu.

Konsep pemikiran Hindu tentang kerukunan dan perdamaian ini merupakan refleksi dari ajaran suci Veda. Apabila konsep tersebut dapat dilaksanakan secara utuh maka hasil akhir yang dicapai adalah “ANANDAM dan SANTIH “, kebahagiaan dan kedamaian. Hindu mengajarkan dengan kebhinekaan itu manusia dapat mempercantik kehidupan. Sehingga, kebinekaan ini harus tetap dijaga dan direkatkan, saling mengisi dan melengkapi untuk kehidupan yang indah dan harmonis. Sejak dulu para rsi, mpu mengajarkan walaupun berbeda tetapi tidak ada kebenaran yang mendua. Artinya setiap perbedaan yang ada jangan dijadikan masalah, yang penting memiliki visi yang sama untuk kehidupan.

Om Santi Santi Santi Om..

1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*deV
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    BalasHapus