Semoga selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..
Hari Purnama
dan Tilem datang setiap 15 hari. Dari hari Purnama mencari Tilem ada 15 Panglong atau
15 hari, sedangkan dari hari Tilem mencari Purnama ada 15 Penanggal atau
15 hari. Dari Purnama mencari Purnama kembali lamanya 30 hari, begitu juga dari
Tilem mencarai Tilem kembali lamanya 30 hari. Sehari setelah Purnama sampai
Tilem disebut Panglong, sedangkan sehari setelah Tilem sampai
Purnama disebut Penanggal. Sehari sebelum hari Purnama disebut
dengan Purwanining Purnama (Penanggal 14),
sedangkan sehari sebelum hari Tilem disebut dengan Purwanining Tilem (Panglong 14).
Hal inilah yang perlu diperhatikan dan diingat dalam menentukan hari-hari suci
yang terletak pada Purnama dan Tilem tersebut.
Pada saat
Purnama dan Tilem umat Hindu hendaknya melakukan persembahyangan, karena
Purnama dan Tilem merupakan waktu yang tepat sekali melakukan pemujaan. Saat
Purnama bulan bersinar penuh yang merupakan Hari beryoganya Parameswara, Sang
Hyang Purusangkara disertai para Dewa-Dewa, Widyadara-Widyadari turun
membersihkan diri dan menyucikan alam semseta beserta isinya. Pemujaan yang
ditujukan kepada Sang Hyang Candra sebagai dewa kecemerlangan dan merupakan
cahaya suci dari Sang Hyang Widi Wase. Sedangkan saat Tilem, pada saat bulan
gelap yang mana posisi bulan berada di antara matahari dan bumi sehingga pada
saat Tilem dilakukan pemujaan untuk Sang Hyang Surya. Pemujaan pada saat Tilem
diyakini oleh Umat Hindu sebagai penyucian diri menghapuskan segala mala yang
ada dalam diri, karena saat Tilem Sang Hyang Surya melakukan Samadhi memohon kesucian dan keselamatan kepada Hyang Widi. Persembahan yang bisa dipakai saat Purnama dan Tilem
adalah berupa Canang Sari, Ajuman, Daksina dan Pejati.
Purnama dan Tilem sudah dirayakan oleh Nenek Moyang di Negeri Nusantara,
sebelum pengaruh Hindu datang ke Indonesia. Dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya, bahwa hari suci Purnama Tilem erat kaitannya dengan keberadaan
Dinasti Candra. Dinasti Candra menganggap bahwa leluhurnya dahulu adalah berasal dari
keturunan suci, yang diturunkan ke bumi sebagai Dewa Candra atau Dewa
Bulan.Sakti atau istri Dewa Candra itu disebut Dewi Soma. Dewa Candra dan Dewi
Soma inilah kemudian menurunkan wangsa Candra. alam kurun waktu yang
berabad-abad kemudian keturunan bangsa dari Dinasti Candra muncul kepercayaan,
bahwa bulan Purnama dan Tilem adalah sebagai hari suci bangsa bersangkutan.
Kepercayaan ini kemudian dianut oleh berbagai kepercayaan di belahan Negeri
Timur dari berbagai sekta. Akhirnya hari suci Purnama dan Tilem juga dipercaya
oleh Umat Hindu di Nusantara sebagai hari sucinya. Bagi umat Budha hari suci “WaiƧak” yang bertepatan
dengan Purnama mempunyai keistimewaan tersendiri. Karena pada Bulan Purnama
pula beliau mencapai pencerahan (Nirwana). Begitu pula beliau wafat pada bulan
Purnama juga (Suprapto, 2012)
Dari uraian di atas, hendaknya kita sebagai umat Hindu senantiasa
melakukan Pemujaan pada saat Purnama dan Tilem, supaya kesucian Pikiran dan
Jiwa tetap terjaga. Di samping itu, dengan seringnya kita melakukan pemujaan,
maka sang diri akan semakin dekat dengan sumbernya. Sepatutnya pemujaan
persembahyangan Purnama dan Tilem tidak hanya dilakukan di sanggah Rumah saja,
melainkan sebaiknya juga melakukan persembahyanga di Pura Jagat sehingga selain
kita mendapatkan kesucian, dengan sembahyang bersama kita dapat menjalin
hubungan dengan orang lain secara harmonis. Sembahyang secara bersama-sama juga
memiliki kualitas persembahyangan yang lebih tinggi, dikarenakan pada saat
mengucapkan nama suci Tuhan secara bersamaan, getaran-getaran energi suci dan
Positif semakin bersar terpancar dan getaran-getaran suci itu dapat memberikan
Anugerah kemulian pikiran dan kedamaian terhadap orang yang bersembahyang pada
saat itu.
Semoga seluruh isi alam semesta ini berbahagia dan sejahtera..
Damai, damai, dan damai selamanya..
Kalo purnama tilem persebahyangan nya malam ya kk. Untuk daerah jakartaš
BalasHapus