Oleh: I Nyoman Santiawan
Dengan MELIHAT, aku TAHU
Dengan MENDENGAR, aku MENGERTI
Dengan MENJALANI, aku PAHAM
Dengan BERSYUKUR aku BAHAGIA
Semoga selalu sehat dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..
Begitu memasuki
mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya,"Bagaimana
kira-kira cuaca hari ini?" Si sopir menjawab, "Cuaca hari
ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa penasaran dengan jawaban
tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu
yakin?".Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya
tak selalu
mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang
saya dapatkan".
Cerita di atas mengajarkan kita bagaimana kita selalu mensyukuri apa yang kita lihat, rasakan dan dapatkan dalam Hidup ini. Dengan demikian kita dapat memuali suatu kegiatan penuh dengan kebahagian dan menyukai apa yang akan kita lakukan.
Dalam Susastra Suci Weda, Sarasamuscaya memngajarkan bagaimana kita menjalani hidup, apa saja yang harus kita lakukan supaya hidup kita bisa selalu mencapai kebahagian. Seperti kutipan Sloka di bawah:
"Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
bersedih hati, sekalipun hidup mu tidak makmur dilahirkan menjadi manusia,
hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan
menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun." (Sarasamuscaya sloka 3)
Setiap orang terbelenggu oleh dualita
kehidupan yaitu; Janma – Mrtyu (kelahiran dan Kematian), Jara – Wyadhi (usia
tua dan penyakit ), Sukha – Duhka (Kebahagiaan dan Kesengsaraan). Kelahiran
sebagai manusia sesungguhnya sangat teramat sulit, karena diantara semua mahluk
hidup hanya manusia yang memiliki kemampuan untuk membedakan dualitas kehidupan
yang disebut dengan Citta dan Klesa (Positif dan Negatif). Setiap kelahiran
pasti terminalnya adalah kematian, kelahiran dan kehidupan manusia terus
berputar seiring dengan perjalanan sang waktu. Saat menjalani roda kehidupan
pada kondisi dan situasi yang berbeda-beda, tak seorangpun mampu menghindari kondisi tersebut, umur pendek, umur panjang, usia tua dan penyakit, dengan berbagai pengalamannya kesenangan ataupun
penderitaan menghampiri silih berganti.
Seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang
ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Jiwa itu harus dirawat
dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan Jiwa ini pulalah,
seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun,
dia harus bisa bahagia. Bagaimana cara merawat Jiwa kita, salah satunya adalah dengan seringlah mengucapkan nama Suci Tuhan seperti berjapa dan Sembahyang. Sembahyang merupakan salah satu sujut bhakti kita dalam menyampaikan rasa Syukur. Kenapa Syukur/Bersyukur? Karena kunci kebahagiaan adalah bersyukur!. Iya, Bersyukur adalah hal yang membuat kita bahagia, Mensyukuri apa yang
kita dapat itu penting, termasuk sebuah Jiwa, karena dengan Jiwa, badan dan pikiran ini dapat menjalankan segala tujuan Hidup, salah satunya adalah hidup bahagia di alam ini.
Dan syukur itu bisa selalu kita hadirkan, dengan cara tidak mengeluh dan dengan tidak meminta (menuntut) apapun pada orang
lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka
bahagia.
Bagi mereka yang telah memiliki keyakinan dan
kebijaksanaan serta keluhuran budi secara mantap, akan selalu mensyukuri segala
dualitas yang menimpa dirinya, karena mereka sadar bahwa apapun yang ada pada
diri kita tidak ada yang kekal, semua satu persatu atau bersama-sama akan pergi
berpisah dengan diri kita. Kemudaan dan ketampanan serta kecantikan lambat laun
akan surut perlahan-lahan meninggalkan diri kita. Kekayaan, jabatan,
kepandaian lambat laun juga akan kita tinggalkan cepat atau lambat. Sesuatu
yang dimiliki di luar diri kita seperti: istri yang baik dan cantik, suami yang
tampan dan beratnggungjawab, anak-anak yang taat pada orang tua, ayah ibu yang
bijaksana, keluarga, sahabat, pimpinan yang memperhatikan kesejahteraan anak
buah, guru dan dosen yang dikagumi, pendeta yang suci, semuanya akan
meninggalkan diri kita.
Seseorang yang rajin sembahyang akan tumbuh rasa dekat
dengan Tuhan. Rasa dekat dengan Tuhan meringankan rasa penderitaan yang kita alami.
Rasa dekat dengan Tuhan juga dapat menentramkan jiwa. Manusia yang berjiwa
tentram akan menjadi insan manusia yang penuh inovatif, kreatif dan produktif
serta hidup bergairah. Hidup di dunia ini akan dirasakan sangat indah, nikmat
dan semarak sebagai tempat berkarma yang baik untuk meningkatkan kualitas diri.
Hidup yang kurang baik justru sebagai motivasi dan sekaligus dijadikan
tantangan untuk maju merubah keadaan menjadi lebih baik dan itulah letak
kepuasan dan kebahagiaannya.
Sebaliknya seorang yang merasa tidak dekat dengan Tuhan
terlebih lagi tidak mengetahui hakekat tujuan hidupnya, seluruh hidupnya
dihabiskan untuk mengejar harta, pangkat, kedudukan, dan status sosial. Suatu
kegagalan dalam mengejar kesenangan duniawi, dia berpendapat disebabkan oleh
orang lain, demikian juga bilamana menderita sakit serius disebabkan kena ilmu
santet dan sebagainya. Usaha mengejar harta yang terlalu berlebihan dan
menimbun sebanyak-banyaknya hingga lupa waktu untuk mengisi jiwa dengan ajaran
agama. Ketidakseimbangan antara jasmani dan rohani ini menjadi penyebab
kegalauan pikiran. Kehilangan sesuatu yang sangat berharga baik yang ada pada
dirinya maupun diluar dirinya semakin menambah banyak permasalahan sosial
maupun individu sehingga memunculkan penyakit-penyakit pikiran dan beban
mental. Penyakit-penyakit pikiran dan beban mental yang tidak dapat
dikendalikan akhirnya menjadi stress dan frustasi. Stress menurut Selye
sebagaimana dikutip oleh Krishna (2003 : 15 ) adalah seseorang yang memiliki
tuntutan beban yang berat dan tidak mampu mengendalikannya sehingga mengganggu
sistem kerja organ tubuh dan tidak lagi mampu menjalankan fungsi pekerjaan
dengan baik dan berdampak pada kejiwaannya.
Kondisi kejiwaan seseorang yang disebut stress dan
frustasi seringkali melampiaskan keinginannya mengkonsumsi narkoba untuk
mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan sesaat yang menyesatkan atau bahkan
melakukan bunuh diri. Usaha bunuh diri sangat ditentang oleh ajaran Hindu, hal
ini tercermin dalam Yajur Weda 40.3 : ” Orang yang bunuh diri, mereka pergi ke
Asura loka yang penuh dengan kegelapan ”.Bagaimanapun rasa putus asa yang
disebabkan oleh konflik-konflik di dalam diri sangatlah dilarang. Oleh karena
itu kembalilah ke jalan Tuhan, dekatkan diri, mohon perlindungan dan tuntunanNya
agar bagaimanapun kenyataan hidup yang kita terima dan kita hadapi senantiasa
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, karena dengan ucapan itu akan mengurangi
rasa kecewa dan meringankan beban penderitaan.**
Konsep Hindu mengharuskan manusia selama hidupnya untuk
senantiasa berusaha dan berjuang tetapi Tuhanlah yang menentukannya. Apapun
yang merupakan kenyataan atas kerja kita itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Untuk itu, Anda
bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan
apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena
orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak,
juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya
orang yang telah banyak mengalami kegagalan.
Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan
bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia.
Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan
selalu merasa kurang dan tak bahagia dan menderitalah orang yang tidak bersyukur tersebut.
Ada cerita mengenai
seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap
berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua
anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah
seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa
dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan
berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''
Semoga seluruh isi alam semesta ini hidup behagia dan sejahtera...
Damai, damai, damai selalu dimana-mana..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar