Semoga Selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Tuhan..
Swadharma berasal dari dua suku kata, Swa artinya
sendiri/diri sendiri sedangkan Dharma artinya benar/wajib/kewajiban. Jadi Swadharma
artinya kewajiban diri sendiri. Swadharma kita sebagai manusia adalah berbuat
baik guna memperbaiki kwalitas jiwa. Caranya bagaimana? Tentu dengan mengenali
diri dulu, sebagai apa kita di dunia? Benar kata sebagian orang, kenali jati
diri dengan demikian kita dapat berkarma dengan baik dan fokus dalam satu
tujuan.
Di dalam kehidupan ini, kita harus dan wajib memahami dan
melaksanakan Swadharma kita masing-masing. Dengan demikian roda kehidupan ini
dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan manfaat antara satu dan
lainnya. Kefokusan membuat kita dapat dengan baik dan profesional dalam
menyelesaikan tugas. Bisa dibayangkan bagaimana pekerjaan ditangani oleh bukan
yang ahlinya atau bukan swadharma kita, ngeri dan kekacauan yang akan terjadi
serta sangat berbahaya. Misalnya, kita berprofesi sebagia Dosen, kewajiban kita adalah mengajar, penelitian dan pengabdian (Tri Dharma Perguruan Tinggi) tetapi apabila kita sebagai Dosen menegrjakana pekerjaan seorang dokter, apa yang terjadi? sangat berbahaya, bisa-bisa nyawa orang melayang.
Seperti Sloka Bhagawad Gita III.35.
“Lebih baik
melaksanakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada kewajiban
orang lain walaupun baik cara melaksanakannya, lebih baik mati dalam tugas
sendiri dari pada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya”
Harus kita sadari betul makna sloka di atas, walaupun
sempurna dan baik dalam melaksanakan kewajiban orang lain adalah sesungguhnya
berbahaya bagi dri sendiri, orang lain dan lingkungan. kita ambil saja contoh:
Seorang yang bukan tugasnya sebagai sopir, tetapi dia
mencoba mencoba menyopir kendaraan, apa yang terjadi? Jelas, karena dia bukan
sopir, mungkin bisa terjadi kecelakaan, karena tidak bisa menguasai kendaraan dan
medan yang dilaluinya. Contoh lain lagi yang biasa terjadi dalam kehidupan
kita, seorang mahasiswa yang mana kewajibannya adalah belajar, tapi mencoba
untuk melaksanakan atau melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang ayah
atau kepala keluarga, apa yang terjadi? Oke, mungkin bisa saja dia berhasil
melaksanakan tugas seorang ayah atau kepala keluarga, tapi bagaimana dengan perkembangan
pendidikannya? Lambat atau bahkan tidak terselesaikan pendidikannya.
Dalam ajaran agama Hindu, Catur Warna merupakan pedoman
dalam melaksanakan kewajiban kita, jangan sampai semua tercampur-aduk dan
terdapat ketimpangan. Seorang Brahmana yang bertugas sebagai Pemimpin upacara
atau Mendidik dibidang keagamaan harus betul-betul berada dalam garis itu. Seorang
kesatrya yang berprofesi sebagia pengaman atau pengelola roda pemerintahan
sudah sewajibnya fokus dalam roda kepemerintahan untuk menciptakan keadilan,
kesejahteraan dan keamanan bagi warganya. Seorang Waisya bertugas sebagai
menjalankan roda ekonomi dan perdaganngan, fokus dalam ekonomi dan Golongan
Sudra berprofesi sebagai Pelayan, sudah sepatutnya melakukan pelayanan yang
baik. Ibarat tubuh ini, Kepala sebagai Brahmana, Panca Indra kita sebagai
Kesatrya, perut dan organ tubuh sebagai Waisya dan tangan kaki sebagai Sudra,
semua itu saling melengkapi.
Untuk itu, mari kita bekerja sesuai dengan swadharma kita
agar semua lini kehidupan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat tercipta
keharmonisan dan kesejahteraan bagi kita semua. Kita dukung dan sukseskan program-program
pemerintah sehingga pemerintah dapat fokus membangun negeri ini.
Semoga semua mahluk
hidup berbahagia..
Makasih bli, yang mau selalu menasehati bukan menyalahkan dan memusuhi 🙏🙏🙏
BalasHapusKenapa sekolah yang mayoritas hindu diberi nama contoh sma swadharma??
BalasHapusterima kasih gan.....🙏🙏🙏
BalasHapus