Semoga Selalu dalam Lindungan dan Kasih Tuhan..
Hari Suci Nyepi akan kita sambut dalam waktu dekat ini. Di Yogyakarta, penyambutan perayaan Nyepi diisi dengan berbagai acara, baik itu Acara Keagaman, Seni dan Budaya maupun acara Sosial Kemasyarakatan. Sala satunya adalah Pawai Seni dan Budaya atau seni Ogoh-Ogoh. Sejak Tahun 1983 Tahun saka 1904, setiap perayaan Nyepi ogoh-ogoh sangat menyemarakan kegiatan Rutual pengerupukan. sebenarnya, apa sih makna ogoh-ogoh ini?? mari kita bahas di bawah.
Ogoh-Ogoh berasal dari kata Ogah-Ogah, yang artinya objek yang dapat digoyangkan, yang murni merupakan hasil kretifitas seni oleh masyarakat Bali. Kreatifitas seperti ini tidak hanya dikenal di Bali saja, di kebudayaan Betawi sendiri dikenal sebagai Ondel-Ondel. Asal-usul ogoh-ogoh yang ada di Bali dimulai dari pada Jaman Dalem Balingkan, pada jaman itu ogoh-ogoh digunakan untuk acara pengabenan. Pada saat Upacara Ngusaba di Selat Karangasem, dibuat juga sosok orang-orangan dari jerai yang diarak keliling sawah dengan tujuan supaya hasil pertanian menjadi melimpah dan jauh dari hama. Dan yang terakhir adalah pada saat Raja Jaya Pangus melamar Putri Cina yang bernama Kang Cing Wei menggunakan Barong Landung sebagai simbol keduanya.
Ogoh-ogoh pada saat perayaan Nyepi benbentuk badan yang besar dan muka yang seram, itu dimaksudkan sebagai simbol Bhuta atau Raksasa. Yang mana pada saat satu hari menjelang Nyepi, Umat Hindu melaksanakan ritual Pengerupukan/Tawur yang bertujuan untuk Menyomya atau menetralisir energi-energi negatif yang ada disekitar kita, termasuk rumah, pekarangan dan juga desa. Ogoh-ogoh diarak keliling desa kemudian selesai diarak ogoh-ogoh dibakar atau dimusnahkan dengan tujuan supaya kekuatan-kekuatan jahat dan sifat-sifat raksasa juga ikut musnah.
Selalin digunakan pada saat pengerupukan, dengan munculnya ogoh-ogoh ini ruang untuk berkreatifitas dan berkarya dalam kemajuan seni dan budaya menjadi terbuka lebar dan menjadikan suatu ketertarikan tersendiri terhadap banyak orang. Di samping itu, dengan adanya budaya ogoh-ohoh ini, rasa kekeluargaan, kegotong-royongan, kesolidan dan kebersamaan akan menjadi kuat dan tertanam di generasi muda.
Ogoh-ogoh juga memberikan dampak yang baik bagi Pariwisata daerah. di Bali sendiri ini telah menjadi agedan Tahunan dalam festival seni dan budaya. tentunya dengan adanya festival ini, banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan festival ogoh-ogoh ini. Tidak hanya dibali, diseluruh daerah sebelum ogoh-ogoh dipakai pada saat malam pengerupukan, ogoh-ogoh ini difetivalkan/dipawaikan. di Jogjakarta sendiri Pawai ogoh-ogoh sudah dilaksanakan 3 kali sampai tahun ini di Sleman dan Malioboro. Tentunya dengan adanya Festival Ogoh-Ogoh ini, masyarakat yang ada di Jogja terhibur dari tontonan-tontonan dengan atraksi-atraksi yang mengedukasi. Pada titik akhir, ikon Pariwisata daerah Jogja dengan adanya Festival ini menjadi bertambah dan bervariasi.
Selamat berkarya, selamat melestarikan budaya, selamat mengembangkan Pariwisata daerah, Selamat memaknai setiap proses hari raya dan selamat meningkatkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, kekompakan, gotong-royong dan kesolidan dengan adanya budaya Ogoh-ogoh.
Loka Samasta Sukhino Bhawantu..
Om Santi....
luar biasa. teruskan.
BalasHapus