Om Swastyastu..
2 (dua) hari
terakhir banyak melihat kejadian melalui media sosial tentang anak yang
dibuang, ada yang ditemukan masih hidup, ada pula yang sudah tidak bernyawa,
bahkan ekstrimnya ada juga ditemukan dengan bagian tubuh yang tidak utuh! Dalam
hati kecil berkata, kok kejam, kok bisa, kok ada orang yang tega melakukan
perbuatan itu?! Tapi apa daya, itu adalah realitas kehidupan, baik buruk selalu
ada, Rwabhineda. Zaman Kali Yuga memang sudah berjalan, orang bilang zaman
edan, ada yang bilang zaman kebalik, yang baik ditindas, yang tidak baik
merajalela. Orang kelakuan binatang, binatang berlaku manusia. Biasa hal itu
terjadi, karena komposisi orang yang baik di zaman kali yuga hanya 25 %.
Merisnya, kenapa ada
yang tega membuang anaknya sendiri yang masih orok/baru lahir? jika dianalisis
memang banyak faktor yang menjadi alasan, tetapi apapun alasan orang yang tega
membuang bayi, orang tersebut dipastikan adalah orang yang tidak memiliki hati,
perasaan dan cinta kasih, kalau otak jelas punya tapi otaknya sudah beku
makanya tidak bisa mikir lagi. Seharusnya orang sadar, anak merupakan anugerah
yang paling besar dalam kehidupan ini. Sehingga harus benar-benar dijaga dan
dirawat dengan sebaik-baiknya.
Jika dilihat dalam
ajaran Hindu, memiliki keturunan atau seorang anak merupakan salah satu tujuan
kehidupan ini yang bisa diwujudkan pada masa Grahasta. Masa Grahasta inilah
puncak meraih artha, baik artha yang berupa uang, kebahagiaan, anak, sandang
papan dll. Dari semua artha itu, anak merupakan artha yang paling besar dan
sangat diinginkan oleh orang tua. Jika kita lihat dalam susatratra “Oleh karena
seorang anak yang akan menyeberangkan orang tuanya dari neraka yang disebut Put
(neraka lantaran tidak memiliki keturunan), oleh karena itu ia disebut
Putra" (ManavadharmasĂ stra IX.138). Seorang anaklah yang akan medoakan
orang tua ketika meninggal dan proses pitra yadnya, doa seorang anaklah yang memberikan penerangan di alam
pitara dan bhakti seorang anaklah yang akan membawakan orang tua menuju
kebahagiaan sejati. Adhi Parwa "Disebutkan bahwa seorang anak
merupakan pengikat tali kasih yang sangat kuat di dalam keluarga,ia merupakan
pusat menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah yang melebihi cinta kasih orang
tua terhadap anak-anaknya, mengejar mereka, memangkunya, merangkul tubuhnya
yang berdebu dan kotor (karena bermain-main). Demikian pula bau yang lembut
dari bubuk cendana, atau sentuhan lembut tangan wanita atau sejuknya air,
tidaklah demikian menyenangkan seperti halnya sentuhan bayi sendiri, memeluk
dia erat-erat. Sungguh tidak ada di dunia ini yang demikian membahagiakan
kecuali seorang anak"(74,52,55,57).
Begitu pentingnya
kehadiran seorang anak dalam keluarga, seorang anak bisa membuat rumah menjadi
tempat yang sangat menarik yang membuat orang tua selalu ingin segera beranjak
ke rumah. Bukan mobil mewah, bukan jabatan, bukan pula tumpukan uang yang
tinggi yang membuat orang tua cepat-cepat pulang ke rumah. Karena sejatinya
memiliki satu anak, itu lebih berarti dibandingkan uang yang banyak dan
jabatan yang tinggi. Slokantara 2 disebutkan:
Kupacatad wai
paraman saro’pii
Saran catad
pramo’pi yajnah,
Yajnacatad wai
paramo’pi putrah,
Putracatad wai
paraman hi satyam.
Artinya :
Membuat sebuah
telaga untuk umum itu lebih baik daripada menggali seratus sumur,
Melakukan yadnya
(korban suci) itu lebih tinggi mutunya daripada membuat seratus telaga,
Mempunyai seorang
putra itu lebih berguna daripada melakukan seratus yadnya,
Dan menjadi
manusia setia itu jauh lebih tinggi mutu dan gunanya daripada mempunyai seratus
putra
Seratus Yadnya (pengorbanan) artinya seratus jabatan yang tinggi, seratus triliun
uang kalah dengan satu orang putra. Begitu berharganya seorang putra
dikehidupan ini, sehingga tujuan grahasta yang pertama adalah mendapatkan putra
untuk meneruskan keturunan bukan uang, atau jabatan yang tinggi.
Disebutkan lagi di kitab Adi Parwa "Seseorang yang memperoleh
anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara anaknya dengan
baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur menyatakan
seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan, oleh karena itu
melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan
mulia(74,61-63). Lebih jauh maharsi Manu dalam kitab Niti Sastra II.28 menyatakan
pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang akan memperoleh
kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa.
Oleh karena itu, mari kita jaga dan besarkan anak dengan penuh kasih
sayang, penuh perhatian supaya anak tumbuh menjadi anak yang suputra. Karena
jika orang tua tidak membesarkan dan menjaga anak dengan baik maka akan
menjebak orang tua dalam penderitaan! Salam sayang dan cinta anak. Semoga
bermanfaat.
Om Santi Santi Santi Om..